Ambush

1.4K 330 40
                                    

Codru mengerang dalam hatinya. Meskipun tidak mau diakui, ia membutuhkan kawanan Serghei untuk menghalau para Redcap sehingga ia dapat fokus menghancurkan Constin dan juga menjaga Gian. "Aku bisa membawa anak manusia itu dan menjaganya di sana. Hanya itu bantuan yang dapat kuberikan." Serghei berucap setelah ia lama berpikir. Ucapan itu membuatnya menoleh ke arah Gian. Tidak mungkin ia membiarkannya berada di medan perang. Namun, Gian yang berada jauh darinya tanpa perlindungan salah satu dari orang kepercayaannya sama saja dengan bunuh diri. "Kau tidak punya pilihan lain, Codru. Anak manusia itu berada di sini tidak akan membantu sama sekali. Dia justru akan merepotkanmu."

**

"Gian akan ikut denganmu. Kapan rencanamu untuk pulang?" jawaban Codru membuatnya menatap pria itu dengan tajam. Gian tahu pria itu sadar akan tatapannya tapi menolak untuk menatap balik ke arahnya. "Aku akan pulang esok pagi."

Lalu pembicaraan itu kembali mengenai daerah mereka akan memancing lawan. Gian tidak mau memikirkannya dan tidak mau ambil andil dalam memikirkan hal yang akan memusingkannya. Toh ia sudah ditendang keluar dari sini. Kenapa sekarang Gian merasa seperti komoditi yang akan diberikan kepada orang lain tanpa persetujuan dirinya sendiri? Codru tidak memberikannya waktu untuk menjawab bagi dirinya sendiri atau waktu untuk membiarkannya berpikir dan menentukan bagaimana setelah ini. Ini hidupnya!

Gian tidak tahu berapa lama di dalam ruangan itu hingga semua orang keluar dan memasuki kamar yang disediakan oleh Codru. Malam sudah sangat larut, namun emosi yang menyelubunginya membuatnya tidak merasakan kantuk sama sekali. Yang tertinggal di ruangan itu hanyalah Serghei, Codru dan dirinya. Codru merasa harus memberikan wejangan padanya setelah semena-mena mengatur hidupnya.

"Kau akan berada di salah satu kamar di pack house—"

"Kupikir aku akan berada di salah satu penjara bawah tanah yang dimiliki olehnya." Gian memotong kalimat Codru dengan sebelah alis terangkat. Menantang. Siulan Serghei dan suara batuk pura-pura untuk menyembunyikan kalimat "Aku bisa mengaturnya." Terdengar di telinga Gian.

Codru menggeram, "Kau akan lebih aman di sana ketimbang di sini, Gian. Constin berlatih denganku, tenaga, kecepatan dan staminanya sangat jauh berbeda dengan saat pertama kali aku bertemu dengannya. Dia bukan lawan yang bisa dianggap enteng. Dan benar kata Serghei, mau tidak mau kau harus mengakui bahwa tidak ada yang dapat kau lakukan jika tinggal." Pria itu berpikir sejenak sebelum bertanya lagi pada Serghei, "Bisa kalian berangkat malam ini?"

Serghei tidak menjawab. Matanya menerawang dengan ekspresi yang mengeras.

Pertanyaan Codru mengenai keberangkatannya yang dipercepat membuat Gian bingung. Namun, sikap Serghei sekarang membuatnya khawatir. "Dia tidak apa-apa?" Gian berbisik pada Codru yang dijawab dengan bisikan serupa. "Dia sedang menggunakan mind link. Seperti telepati tetapi hanya bisa pada kawanannya."

Serghei menghantam meja kayu itu hingga terbelah dan berteriak "Brengsek!" kali ini bukan hanya meja saja korbannya, Serghei berdiri lalu menendang kursi hingga hancur berkeping-keping sebelum menabrak tembok. Tubuh Codru menjadi tegang di tempat duduknya. "Aku tidak bisa membawanya. Kawanan vampir baru saja terlihat di sekitar perimeterku dan tampaknya mereka berniat menyerang," katanya dengan emosi yang menggebu-gebu. "Aku akan pulang sekarang."

"Aku akan ikut." Codru mengikuti Serghei dan berteriak memanggil Abel, Dacian serta Marius.

"A-aku juga ikut!" teriak Gian. Mencoba mengimbangi langkah cepat Codru yang kini sudah didampingi oleh Abel serta Marius. Hal itu sangat sulit mengingat kegesitan dan kecepatan mereka yang bagai langit dan bumi. Pria itu menginstruksikan pada Abel dan Marius untuk ikut dengannya sedangkan Dacian agar berjaga di kastil, menjaga makhluk-makhluk lain yang tinggal di sini. Codru yang berhenti mendadak membuatnya tidak dapat mengerem langkah cepatnya hingga menabrak punggung pria itu yang sekeras batu. Ia merintih kesakitan memegangi hidungnya yang jauh lebih parah sakitnya dibandingkan tertimpa ponsel saat ketiduran.

"Kalian jalan lebih dulu," ujarnya pada Abel dan Marius. Mereka menghilang di balik hutan, menyusul Serghei yang sudah lebih dulu berlari. Codru mulai berbicara dengan berbisik. "Di sana terlalu berbahaya, Gian. Serangan seperti ini bisa berakhir dengan perang antar vampir dan werewolf. Kau tidak ingin melihat seperti apa keadaannya."

Gian mendengkus, "Kalau kau memintaku dan Serghei untuk jalan lebih cepat dari rencana, sudah pasti ada sesuatu yang membuatmu khawatir akan keberadaanku di sini lebih lama. Kalau kau tidak mau menceritakan semuanya, setidaknya berikan aku informasi secukupnya. Jangan buat aku berjalan dalam kegelapan dan perlu meraba sendiri."

Satu tawa keluar dari pria itu, tawa setelah ia lebih banyak mengerutkan dahi atau menahan emosinya selama pertemuan tadi. "Aku lupa kalau terkadang kau pintar."

Lagi-lagi Gian mendengkus, "Aku peka dan pintar," balasnya dengan sombong yang diganjar dengan senyuman manis oleh Codru. Senyuman yang baru kali ini dilihatnya dari pria itu. Bukan senyuman mengejek, atau cengiran lebar seperti biasanya.

Untuk sesaat ia hanya mampu melihat senyuman itu tanpa dapat mendengar apa yang keluar dari mulut Codru selanjutnya. " ... Gian, hei." Codru melambaikan tangan di wajahnya hingga ia tersadar dari kebodohannya sendiri. "Kau bisa ambil pakaianmu. Ini akan sangat dingin dan kita akan berada di sana untuk beberapa hari ke depan."

Tidak ingin Codru kabur ketika ia membereskan pakaian, Ia menarik tangan pria itu agar memasuki kastil bersamanya. "Aku tidak mau kalian semua menghilang dan membuatku seperti orang bodoh setelah membereskan pakaian," akunya.

Kali ini tawa renyah keluar dari mulut Codru. "I'm man of my words, Gian. Aku tidak akan melakukannya padamu." Gian tetap menarik pria itu menaiki tangga lalu memasuki kamarnya. "As much as I want to feast on you, tapi aku tidak punya waktu untuk hal ini Gian." Dan kembali lagi Codru yang menyebalkan.

Gian mengabaikan ucapan pria itu. "Memangnya kau tidak perlu membawa baju juga? Untuk Marius dan Abel juga misalnya? Kalian mau memakai baju penuh darah seharian setelah bertarung? Atau itu memang seperti piala kebanggaan kalian setelah berhasil membunuh musuh?" Gian mengernyit saat mengucapkan kata membunuh. Kata itu masih asing di mulutnya meskipun yang dibahas di sini adalah sekumpulan makhluk jahat yang ingin membunuhnya.

"Aku akan membawakan beberapa pakaian untuk Marius, apa kau bisa siapkan untuk Abel?" Gian memberikan anggukan kepala dan membiarkan pria itu keluar dari kamarnya. Namun, langkahnya terhenti dan kembali memasuki kamar. "Kau tahu kan pakaian Abel seperti apa?" Rautnya saat bertanya membuat Gian memutar bola mata.

"Hanya pakaian hitam dan yang tidak memperlihatkan lekuk tubuh. Aku menyadarinya dengan sangat cepat karena hanya itu yang digunakannya setiap hari dan setiap saat."

Codru tertawa dan menepuk kepalanya, "Temui aku di bawah dalam lima menit."

13/4/21
Revisi 29/7/21

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :) 

Btw cerita Serghei dan Abel bisa dicek di judul Tattletale :)

Btw cerita Serghei dan Abel bisa dicek di judul Tattletale :)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Rumpelgeist [FIN]Where stories live. Discover now