Her Only Way Out

1.3K 342 50
                                    

Kepala Gian masih belum selesai memproses informasi satu persatu lalu Codru memberinya satu perintah yang tidak masuk akal. Bagaimana caranya ia lari dari kegilaan ini? Jika bisa maka sudah dilakukannya dari dulu. "Bagaimana denganmu?" Bukannya menyuarakan apa yang ada diotaknya, mulutnya justru menanyakan mengenai apa yang pria itu akan lakukan.

"Mereka tidak bisa membunuhku. Mereka tidak bisa menandingiku, Gian, oleh karena itu yang diincar adalah kau. Tapi membuatmu bersama denganku sekarang ini hanya akan mempermudah mereka untuk membunuhmu. Satu-satunya cara adalah membuat mereka berpikir kau berada di bungker itu sementara kau kabur ke perbatasan. Para Elf tidak akan membiarkan mereka menemukanmu. Mereka sangat pandai untuk bersembunyi. Aku akan membunuh mereka semua lalu menjemputmu," ujarnya dengan tenang seakan semuanya sudah dipikirkannya matang-matang sejak jauh jauh-jauh hari.

Keterkejutannya tidak ada hentinya, kali ini keterkejutan itu bercampur dengan amarah. Ia berjalan bolak-balik di kamar itu dengan kedua tangan di pinggang Menggembuskan napas berkali-kali agar emosinya mereda supaya mampu berbicara dengan lebih normal karena kini napasnya memburu. "Jadi, kau sengaja memancing mereka agar menyerang ke sini? Kau mau membuat banyak nyawa menjadi korban untuk menyelamatkan dirimu sendiri?! Demi Tuhan, Codru, ada banyak ibu hamil di sana nantinya!"

"Tidak akan terjadi apa pun pada mereka Gian. Marius terlalu kuat dan aku tahu karena aku melatihnya sendiri."

Jawaban dari Codru yang masih sama tenangnya seperti tadi justru membuat emosinya memuncak. Nadanya naik satu oktaf, "Dan kau melatih Constin sendiri. Lihat berakhir seperti apa dia sekarang?" balasnya tidak mau kalah.

Codru meletakkan kedua tangan di pinggang lalu menghela napas panjang ke langit-langit. "Sudah kukatakan kalau aku tidak tahu dia anak dari Mihail. Dia anak dari seorang manusia, aku tidak tahu jika Mihail berbuat sejauh itu. Selain kami dilarang untuk memiliki anak dengan manusia, kemungkinan untuk anak dan ibu mati saat melahirkan sangat tinggi. Sana seperti anak vampir keturunan murni, hibrid lebih jarang terjadi. Dan para hibrid lebih sering diburu untuk dibunuh oleh kaum kami sendiri karena mereka jauh lebih berbahaya," terang Codru.

"Great, bahkan sekarang kemungkinan ia lebih kuat dan berbahaya darimu sangat besar." Gian terlalu lelah untuk berjalan lagi sehingga ia duduk di sofa dekat dengan jendela besar yang tertutup rapat. Kedua sikunya bertumpu di paha agar wajahnya dapat tenggelam di telapak tangannya sendiri. "Belum lagi, kenyataan kau membawaku ke sini, itu berarti ada sesuatu di kastilmu dan kau tidak mau mengambil langkah yang salah. Sebenarnya ada apa, Codru?" Ia sudah putus asa. Ia merasa ada sesuatu yang salah saat Codru menanyakan kemungkinannya dan Serghei untuk berangkat lebih cepat.

"Aku rasa kita memiliki satu tikus yang membocorkan seluruh rahasia yang kita miliki. Bungker itu bukan tempat yang diketahui oleh banyak orang. Yang mengetahuinya hanyalah aku. Bahkan Abel, Marius dan Dacian tidak mengetahui mengenai cetak biru yang kudapatkan dulu. Fakta jika mereka mengincar pack house menunjukkan mereka mengetahui titik kelemahan mereka. Tidak semua kawanan memiliki bungker untuk bersembunyi. Hanya kawanan Serghei yang cukup besar dan makmur yang dapat mengokomodirnya. Di dalam perang antar vampir dan werewolf, yang dihancurkan lebih dulu adalah para shewolf, baik hamil atau tidak lalu anak-anak, Little One. Kematian pasangan bagi werewolf merupakan hal terburuk karena mereka kehilangan satu-satunya pasangan yang ditakdirkan bagi mereka. Separuh jiwa mereka." Codru turut duduk di sampingnya, tangan kanannya berada di atas sandaran tangan sofa lalu mengetuk-ngetuknya sambil berpikir dengan keras.

Gian tahu Codru jauh lebih berhati-hati sekarang. Setelah ia kecolongan dengan Constin, pria itu cenderung menutup semua informasi untuk dirinya sendiri. Memberikan beberapa informasi seperlunya untuk orang lain.

"Aku tidak mau pergi dari sini," tuturnya setelah sepuluh menit berlalu dan tidak ada yang bersuara di antara mereka. Ketukan jari Codru berhenti dan pria itu menoleh ke arahnya dengan wajah suram. "Kau akan jadi target utamanya, Gian. Semua orang haus kekuatan dan kekuasaan. Pada dasarnya tidak ada yang mau tunduk di bawah satu orang, apa lagi itu nature kami. Ingin bebas."

Rumpelgeist [FIN]Where stories live. Discover now