The Nightmare

2.7K 573 34
                                    

#QOTD kamu lebih suka berendam atau mandi di bawah shower?

🌟

Gian berlari sekuat tenaga dan secepat yang dibisa. Gian bahkan tidak tahu sejak kapan ia bisa berlari sekencang yang sekarang ini ia lakukan. Napasnya tercekat seiring dengan tiap langkah lebar kakinya yang diayunkan, dadanya terasa sesak karena berlari di udara yang menusuk tulang di musim dingin. Tubuhnya tidak lagi dapat merasakan hawa dingin, karena adrenalin yang memacu serta tubuhnya yang terasa panas.

Tangan kanannya memegangi dada yang terasa sangat sakit lantaran dipaksa berlari saat akhirnya ia berhenti di salah satu gang kecil dan bersembunyi di sana. Keringatnya mengucur ketika ia meringkukkan badannya sekecil yang ia bisa di balik tempat sampah besar, dengan harapan tidak dapat dilihat oleh orang apa pun yang kini sedang mengejarnya.

Orang? Gian bahkan tidak tahu jenis makhluk apa yang kini tengah mengejarnya.

Giginya bergemeletuk tanpa Gian sadari ketika ketakutan menyergap. Tempatnya bersembunyi tidak memiliki penerangan dan buntu. Ia tidak memiliki tempat untuk berlari lagi dan rasa-rasanya, kakinya juga tidak dapat melakukannya setelah berlari cukup lama. Kakinya terasa seperti jeli dan sangat lemas, ia tidak memiliki tenaga lagi. Gian tidak dapat mendengar suara apa pun selain giginya yang beradu serta detak jantungnya yang berpacu dengan cepat.

"Halo, Little One."

Suara itu.

Suara yang Gian dengar tadi di antara teriakan ketakutan orang-orang yang berhamburan untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing hingga menginjak satu sama lain tanpa peduli apa pun.

Gian dengan takut-takut mengangkat kepalanya untuk melihat ke asal suara, tetapi yang kemudian ia rasakan hanyalah cekikan yang sangat kencang di lehernya hingga ia tidak dapat bernapas maupun berteriak untuk meminta tolong. Tangannya mencoba memukul dengan kencang dan kakinya juga ia coba ayunkan, namun pijakannya hilang hingga kakinya menggantung di udara. Kakinya hanya dapat menendang udara kosong.

Cengkeraman di lehernya semakin kuat dan paru-parunya terasa semakin sakit akibat tidak ada udara.Matanya mencoba melihat ke berbagai arah untuk meminta pertolongan hingga matanya melihat makhluk yang mencekiknya sedang tersenyum dengan mengerikan. Gian tahu bahwa ia sedang dipermainkan mengingat semudah apa makhluk itu memecahkan tengkorak kepala manusia dengan sebelah tangan namun kini dia hanya mencengkeram lehernya agar ia mati perlahan.

Pandangan Gian menggelap hingga satu napas panjang dapat ia tarik dan matanya terbuka. Matanya melihat sekeliling dengan mawas dan saat tersadar dia tidak berada di gang kecil, melainkan di kamarnya, ia mengembuskan napas dengan lega.

Mimpi.

Tapi Gian yakin betul kalau ia mendengar suara tulang manusia yang dihancurkan serta teriakan itu terasa nyata di kupingnya saat tombak menembus tubuh mereka.

"Sialan, ini pasti karena ekspedisi itu gue jadi ke bawa mimpi." Tangan kirinya mengelap keringat yang mengalir di pelipis. Dan juga air mata yang sudah mengering di pipi, meninggalkan rasa lengket yang tidak disukainya.

"Little One," ulangnya dengan pelan. "Kayaknya gue pernah dengar panggilan itu, tapi siapa?" Gian menggeram karena tidak dapat mengingat apa pun. Siapa juga yang dapat ingat jika habis mengalami mimpi buruk seperti tadi?

Jelas bukan Gian.

Tangannya bahkan masih terasa dingin, jantungnya masih berdegup dengan cepat serta kakinya yang terasa pegal dan lemas. Ia benar-benar seperti habis melakukan maraton, padahal itu hanya mimpi.

"Gue gak bisa tidur lagi, nih. Sialan banget memang dua minggu terakhir. Ini bukan mimpi pertama gue soal hal serupa, tapi tetap saja terasa nyata dan mengerikan."

Gian bangun dari tidurnya dan memilih mandi agar merasa segar karena mimpi tadi membuat seluruh badannya berkeringat. Selesai mandi Gian terduduk diam di sofa karena kelebatan mimpinya barusan masih dapat ia lihat saat matanya tertutup. Orang-orang di mimpinya berbeda tetapi kesamaan yang mereka miliki adalah pakaiannya. Para wanita mengenakan gaun, beberapa menggunakan sesuatu di kepalanya sedangkan para pria mengenakan pakaian berlapis-lapis atau baju zirah.

Medieval?

Gian tidak pernah tahu mengenai fashion dan tidak tertarik juga untuk mengetahuinya tapi mimpi yang ia alami membuat Gian harus mencari tahu mulai sekarang.

23/10/20
Revisi 13/7/21

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :) 

 Thank you :) 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Rumpelgeist [FIN]Where stories live. Discover now