His Lover

1.5K 307 53
                                    

"Binggo!" teriak pria itu lagi dengan bersemangat. "Kau adalah kutukan sekaligus reinkarnasi dari kekasihnya. Kau tahu tidak kalau bangsa kami memilih pasangan dan itu hanya untuk sekali seumur hidup. Bisa dibayangkan bagaimana frustrasinya Codru saat kehilangan kekasih hatinya itu?" tampang sedih yang dikenakan Constin di wajahnya tampak sangat mengejek bagi Gian.

Gian dapat mendengar bunyi rantai yang beradu satu sama lain. Menimbulkan suara bising yang memekakkan telinga.

"Jadi, kalau pun aku tidak membunuhmu sekarang di sini, Codru akan membunuhmu dan menjadikanmu sama seperti dia. Pilihanmu, menjadi iblis dan hidup selama-lamanya, atau aku membantu dengan membunuhmu?"

Gian tidak dapat membayangkan hidup selama-lamanya. Menjadi immortal dan ditinggal mati oleh orang-orang yang dikasihinya karena maut. Membayangkan hidup tanpa ibunya saja membuatnya mengembeng, apa lagi hidup selamanya tanpa ibunya? Ingatan mengenai seseorang yang akan terus menghantuimu seumur hidup. Satu hari kamu akan terlihat baik-baik saja, tetapi hari lainnya kamu akan jatuh dalam genangan kenangan.

Mungkin, itu yang dialami oleh Codru. Karena itu dulu Codru mengatakan bahwa ia adalah a curse and a blessing baginya. A curse karena dirinya adalah manusia, dan menjadi satu-satunya jalan untuk membunuh pria itu, serta kekasihnya yang bereinkarnasi sebagai manusia. A blessing karena akhirnya ia dapat bertemu kembali dengan kekasihnya setelah beribu-ribu tahun.

Tapi satu hal yang pasti adalah Gian tidak ingin mati di sini karena alasan konyol makhluk-makhluk ini. Ia tidak ingin mati karena mereka sibuk memperebutkan kekuasaan dan juga untuk balas dendam.

Serghei melolong dengan lantang hingga Constin menarik rantai peraknya dan Serghei terjatuh ke lantai dengan leher yang berwarna merah padam. "Diam, anjing. Atau akan aku bunuh satu persatu shewolf yang ada di bungkermu." Ia berdecak. "Nikmati saja pertunjukan ini."

Lagi-lagi Constin berjalan mengelilingi mereka dengan kecepatan lambat. Menikmati setiap langkah yang diambilnya seakan ia sudah tahu bahwa ia pasti memenangi peperangan ini. Wajah semringahnya menutupi mata yang tadi ditusuk oleh Gian, meskipun memang tidak menyisakan banyak luka, tetapi Gian masih dapat melihat bekasnya di sana.

Constin terlalu larut dalam euforianya hingga tidak menyadari serangan tiba-tiba saat jaraknya jauh dari Gian yang kini sudah ditarik oleh beberapa orang hingga tubuhnya menabrak sesuatu yang keras. Gerombolan pria dan wanita yang maju di hadapannya menutup penglihatan Gian sehingga yang dapat didengarnya adalah raungan dan juga teriakan.

Saat barikade orang-orang itu terurai, karena mereka mencoba menyelamatkan kumpulan lainnya, Gian dapat melihat Codru yang sudah lepas dari ikatannya meluncur menuju Constin yang berusaha kabur dari sana. Matanya masih merah seperti tadi, mencengkeram leher Constin yang langsung menendangnya di tubuh bagian kanan hingga cengkeramannya terlepas.

4/5/21

Revisi 29/7/21

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :) 

 Thank you :) 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Rumpelgeist [FIN]Where stories live. Discover now