Subject 11

4.1K 671 134
                                    

Hola! Reiga-Kala kembali lagi!

Terima kasih untuk pembaca yang nggak jadi silent reader. Kritik dan saran sangat penting untuk penulis😊

Happy reading!^^

***


Perjalanan satu jam di udara itu benar-benar menyiksa.

Seakan tidak cukup tersiksa dengan keberadaan Reiga di sampingnya, jarak yang tak kasat mata terasa membentang begitu jauh untuk bisa merengkuh laki-laki itu dalam pelukan. Kala juga harus susah payah menahan diri ketika aroma parfum yang menguar dari tubuh Reiga terhirup hidungnya dan memenuhi paru-parunya.

Gila.

Rasanya, kalau masih boleh, Kala ingin mengubur hidungnya di lekukan leher milik Reiga. Menghidu aroma yang begitu ia sukai. Aroma favoritnya.

Tidak hanya sampai di situ saja, Reiga seolah tahu kegelisahan Kala selama di pesawat. Laki-laki itu seperti sengaja untuk menggoda Kala dengan beberapa kali menenggak air mineral, membuat Kala mau tidak mau melirik pergerakan jakun Reiga dari jarak yang begitu dekat. Bahkan dengan sengaja beberapa kali mengulum cokelatㅡyang ia bawa dari apartemenㅡdengan gerakan bibir yang membuat Kala gerah.

Benar-benar kekanakan. Reiga tahu betul kelemahan Kala. Dan itu menjadi sangat menyebalkan karena Kala tidak bisa berbuat apa-apa.

Tidak berbeda dari Kala, Reiga juga mati-matian menahan diri untuk tidak menyentuh Kala. Padahal isi kepalanya sudah riuh. Memerintahkan untuk menarik Kala dalam pelukan. Mencium bibir ranum milik kekasihnya itu hingga sama-sama kehabisan napas. Dan banyak lagi yang ingin ia lakukan. Tetapi ia menghargai Kala lebih dari apa pun. Jadi ia hanya sedikit memancing Kala agar wanita itu bertindak duluan.

Sungguh ironis. Nafsu dan gairah adalah setan yang selalu bisa menciptakan arus yang bisa menghanyutkan. Pertengkaran yang terjadi beberapa hari yang laluㅡdengan Kala yang melontarkan kalimat-kalimat yang menyakitkanㅡitu pun seperti sejenak terlupakan.

Namun jelas akhirnya, Kala bisa menahan diri hingga mereka turun dari pesawat dan kini mereka berada di dalam taksi yang membawa mereka ke rumah Reiga di Ungaran.

Reiga banyak mengobrol dengan supir taksi karena Kala yang bertahan untuk terus diam sepanjang perjalanan. Sejak mereka janjian bertemu di bandara Soekarno-Hatta dan mengurus ini itu sebelum check in, mereka hanya ngobrol seadanya.

Hanya butuh sekitar tiga puluh menitan untuk mengantarkan Kala dan Reiga dari Bandara Ahmad Yani ke rumah Reiga yang berada di daerah Ungaran.

"Alhamdulillah, anak-anak Ibu sampai dengan selamat," sambut ibu dengan senyum lebar di wajahnya.

Reiga dan Kala langsung menyalami tangan Ibu. Ibu memberikan pelukan hangat dan tepukan berkali-kali di punggung Reiga dan Kala. Tampak cukup lega karena anak laki-lakinya itu berhasil membujuk Kala untuk ikut pulang.

Sambutan Ibu yang begitu sumringah membuat Kala semakin merasa bersalah berjuta-juta kali lipat saat ia membayangkan akhirㅡkali ini mungkin benar-benar akan berakhir setelah acara pernikahan Haniㅡyang nyata membentang di depannya.

Rasanya menyesakkan. Baru beberapa saat ia menginjakkan kaki di halaman rumah Reiga yang cukup lebar itu, Kala seperti tengah menyesali keputusannya untuk datang ke sana. Kalau saja ia bisa tegas kepada dirinya sendiri, mungkin sekarang ia tidak akan di sini. Ia tidak akan berat hati  membohongi wanita yang begitu ia hormati itu dengan bersandiwara kalau hubungannya dengan Reiga baik-baik saja.

WALKING DISASTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang