Subject 26

3.1K 448 85
                                    

Halo! Pembacaku yang baik dan manis, kalian apa kabar? Semoga sehat dan bahagia ya😁

Waktu nulis bab ini, cukup menguras energi dan bikin aku stres😅 Jadi, aku minta apresiasinya dengan komentar kalian ya. Terima kasih🙏

Selamat membaca!!^^

***

Telah lewat empat jam setelah polisi datang ke kediaman Alwin Susilo. Menggeledah seluruh tempat dan menyita beberapa barang yang diklaim polisi sebagai barang bukti.

Headline news di seluruh saluran televisi memberitakan tentang ditangkapnya Alwin Susilo, sang mantan menteri sebagai tersangka utama kasus penggelapan dana pada proyek tol Banten pada tahun 2012 silam.

Menyebabkan situasi di rumah besar keluarga Susilo menjadi amat sangat tidak menyenangkan. Wayan Susilo marah besar.

Arumiㅡistri Alwin, tidak berkutik saat suaminya disumpahi dengan berbagai kata kasar oleh Wayan Susilo. Ya, laki-laki tua itu menyumpahi anaknya sendiri yang terlalu bodoh dan tidak becus mengurus pekerjaan hingga membiarkan dirinya semusah itu ditangkap polisi.

Wayan baru berhenti menyumpah saat kedatangan seorang laki-laki besar dan garang, yang tubuhnya terbalut setelan berwarna hitam mulai dari sepatu, celana dan kemeja, serta jas yang membungkus tubuh kekarnya. Laki-laki yang terlihat seperti preman.

Tanpa babibu, Wayan meninggalkan ruang tamuㅡmembiarkan Arumi di sana sendirianㅡdiikuti oleh laki-laki garang tadi yang tidak lain adalah asisten kepercayaannya.

"Jaksa yang dulu menangani kasus Bapak Alwin meninggal dua hari yang lalu, Pak," ujar laki-laki itu setelah keduanya masuk ke ruangan kerja Wayan.

"Bari meninggal?" tanya Wayan dengan cukup terkejut. Tidak menyangka juniornya saat kuliah dan di kejaksaan dulu pergi secepat itu.

"Betul, Pak. Beliau meninggal karena serangan jantung."

Wayan Susilo terdiam beberapa saat di kursi kebesarannya. Tampak berpikir keras akn sesuatu. "Bagaimana dengan berkas-berkas dan bukti yang dia simpan?"

"Saya masih melacaknya, Pak. Tempo hari polisi menggeledah ruangan Bari Sutrisno di kejaksaan dan tidak menemukan barang yang kita cari."

Ada jeda yang cukup panjang. Membuat ruangan yang begitu besar itu mencekam. "Jadi, polisi sudah tahu kalau ada bukti kuat yang disimpan Bari. Gigih sekali mereka. Tapi mereka juga bodoh. Bari bukan seseorang yang seceroboh itu untuk menyimpan bukti penting di sana."

Laki-laki tua yang rambutnya hampir seluruhnya memutih itu cukup paham dengan sifat Bari. Adik tingkatnya yang dulu sempat mendapatkan gelar jaksa terbaik dalam menyelesaikan kasus kelas berat itu bukan orang yang mudah ditebak.

Wayan Susilo menyandarkan punggung di kursi kebesarannya. Kedua tangannya menyatu, jari jemarinya saling menggenggam. Matanya terpaku pada jam pasir yang berada di meja. Tidak pernah ada yang bisaㅡdan beraniㅡmenebak isi kepala laki-laki renta yang rambutnya hampir memutih semua. "Kau pernah mengatakan kalau Bari Sutrisno mempunyai anak emas kesayangan. Siapa dia?"

Laki-laki berambut hampir plontos itu dengan sigap menyerahkan beberapa lembar kertas berisi informasi pribadi milik Reiga dan Sena. "Jaksa yang bertugas di kantor yang sama dengan Bari Sutrisno. Namanya Reiga Lucas dan Banyusena Subagja."

WALKING DISASTERWhere stories live. Discover now