Subject 14

3.9K 581 118
                                    

Terima kasih untuk kalian yang nggak jadi silent reader😊 Jangan sungkan untuk meninggalkan jejak komentar, kritik, dan saran karena sangat penting untuk penulis🙏

Silakan tandai typo^^

Selamat membaca!!!

------------------------------------------------------------------

Maret 2017

Meeting baru selesai saat jarum jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Suasana kantor sudah sangat sepi. Raut kusut dan mengantuk tidak lepas dari wajah lima manusia yang baru keluar dari ruang meeting. Salah satunya Kala.

Mereka baru selesai membahas tentang proyek baru yang diajukan klien yaitu proyek pembangunan resort di Lombok yang dipegang oleh Farengga.

"Kalian pulang naik apa?" Suara Farengga menginterupsi gerutuan dari bibir mereka yang mengeluh kelelahan dan mengantuk. "Yang nggak bawa kendaraan bareng gue aja."

"Gue, Enggar, sama Kala nggak bawa kendaraan. Tapi arahnya beda semua kayaknya, Bang," ucap Iqbal. "Gue naik ojol aja, deh."

"Ada yang searah sama gue? Gue ke arah Pasar Minggu," kata Andre sambil membereskan barang-barang di kubikelnya. Yang lain juga melakukan hal yang sama.

"Kala bukannya searah ya sama Bang Rengga?" tanya Enggar, setelah memutuskan ikut bareng Andre yang satu arah dengan jalan ke rumahnya. "Tebengin Kala tuh, Bang," sambungnya sambil menatap Farengga sebelum Kala sempat menjawab.

"Boleh, yuk. Gue anter sampe rumah lo," kata Farengga yang langsung menyanggupi.

"Eh nggak usah, Bang. Gue dijemput, kok," jawab Kala dengan senyum sungkan terpatri di bibir.

"Oke kalau gitu aman semua, kan?" tanya Farengga.

Empat manusia di ruangan itu mengangguk. Semua sudah menenteng tas. Siap untuk pulang ke rumah masing-masing.

"Farengga kayaknya suka sama lo deh, La," kata Iqbal kepada Kala. Mereka berdua sudah berpisah dengan tiga rekan kerja yang lain. Iqbal dan Kala ke depan untuk menunggu jemputan, sementara yang lain ke parkiran.

"Ngadi-ngadi lo," elak Kala. "Farengga kan punya cewek. Anak konstruksi yang badannya bohay banget itu, lho. Gue sering kok lihat Farengga bolak-balik dari kantor kita ke lantai sembilan."

Iqbal menggeleng. "Lo inget nggak proyek resort di Bali yang harusnya dipegang sama Pandi? Itu kan pada akhirnya dilempar ke Farengga gara-gara Pandi masih pegang proyek di Jogja yang molor. Anggota tim di proyek itu sebelumnya cuma Enggar sama Andre, tapi lo juga ditarik ke proyek itu, kan? Gue dengar-dengar itu Farengga yang minta. Kalo nggak disetujuin, dia mau mundur katanya."

Kala mengurut pelipisnya yang terasa mengencang. "Terus maksud lo ngasih tahu gue tentang ini apaan?"

Iqbal menggaruk kepalanya walaupun tidak gatal. "Ya biar lo tahu aja. Farengga udah baik banget kasih lo kerjaan."

Kala mengernyit, tidak terlalu terima dengan pernyataan Iqbal. "Jadi maksud lo ... kerjaan yang gue pegang selama ini semua karena ada campur tangan Farengga? Bukan karena hasil kerja keras gue sendiri?"

"Nggak gitu, La," ucap Iqbal sambil meringis, "menurut gue, Farengga percaya sama kinerja lo, makanya dia sering rekomendasiin lo kalo ada proyek."

"Farengga kan emang orangnya baik. Nggak cuma gue kok yang diperlakukan kayak gitu," sahut Kala. Ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Iqbal, yang hanya sebatas asumsi semata.

WALKING DISASTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang