Subject 23

3.4K 473 67
                                    

Halo! Maaf baru update lagi. Ada yang nungguin nggak nih?😁

Kalian update cepet nggak? komen yang banyak yaa hehe biar semangat nulisnya😅

***

Berbaikan dengan Kala jelas membawa dampak yang cukup signifikan pada kondisi hati Reiga. Hidupnya kembali tertata. Rutinitas sehari-harinya dengan bertumpuk-tumpuk kasus tidak membuat laki-laki itu kehilangan mood. Ia seperti kembali ke masa awal pendekatan dengan Kala. Kala yang blak-blakan. Kala yang penyayang. Kala yang tidak lagi sedih. Reiga mendapatkan semuanya kembali.

Minggu lalu, janji untuk double date dengan Sena dan tunangannya pun berjalan lancar. Ia dan Kala bisa langsung akrab dengan Winaㅡtunangan Sena yang ternyata memiliki sifat yang berbanding terbalik dengan Sena. Sena yang ceriwis dan usil ternyata berjodoh dengan seorang gadis manis dan anggun keturunan darah biru. Perpaduan yang bertolak belakang, namun melihat kebahagiaan dan cinta yang memancarkan di wajah kedua insan itu adalah sebuah kebahagiaan tersendiri untuk Reiga sebagai teman dekat Sena.

Reiga menikmati itu semua dan dua minggu pun berlalu tanpa masalah berarti. Hubungannya dengan Kala kian erat dan mesra. Di hari ulang tahun Kala, wanita itu yang justru memberikan kejutan dengan menunjukkan sebuah sketsa rumah yang pernah mereka bicarakan tidak lama setelah mereka bertunangan.

Amat sangat tidak Reiga sangka kalau Kala sendiri yang merealisasikan itu di tengah-tengah sibuknya wanita itu meng-handle pekerjaannya sendiri. Rasa haru yang tak terkira memenuhi dadanya. Tidak hanya dirinya yang menginginkan masa depan bersama. Masa depan yang mungkin sempat hampir terkubur, mulai tampak lagi jalan menuju ke sana. Kala sudah memberikan tiket untuk menuju ke sana bersama-sama. Menyambut masa depan yang akan mereka lewati bersama satu sama lain.

Semua berjalan begitu lancar. Begitu indah.

Pekerjaannya yang menumpuk pun seperti bukan masalah. Ia bekerja dengan cukup produktif. Sesaat Reiga melupakan kenyataan kalau ke mana pun langkahnya tertuju, ia pasti tetap akan menghadapi jalan yang tidak terus lurus dan mulus.

Seperti siang hari ini, saat Reiga sedang mengobrol dengan Adit dan Bu Sika di pantri kantor sambil menyeduh kopi, datang sebuah kabar duka yang disampaikan di grup kantor. Pak Bariㅡmentor yang begitu Reiga hormatiㅡmeninggal dunia karena serangan jantung di rumahnya subuh tadi.

Reiga menyetir menuju rumah duka dengan perasaan remuk. Baru kemarin ia bercengkerama dengan laki-laki tua itu di taman belakang kantor. Tidak hanya membicarakan masalah pekerjaan, namun juga tentang banyak hal. Sama sekali tidak pernah Reiga bayangkan kalau itu akan menjadi yang terakhir kalinya.

Sulit rasanya menjejakkan kaki pada sebuah rumah yang penuh dengan wajah-wajah kehilangan. Wajah-wajah yang tidak asing yang dulu sering Reiga jumpai di kelas yang sama. Ironis sekali. Perjumpaan itu harus terjadi di sana. Saat kesedihan dan tangis menguasai seluruh hari dan pikiran.

Prosesi pemakaman sudah selesai saat Reiga dan kedua rekannya sampai di sana. Sesaknya rumah yang kedatangan tamu dari berbagai kalangan dengan wajah-wajah yang menyiratkan kehilangan dan suara tangis yang tidak repot-repot ditahan membuat dadanya sakit. Menyadarkan dirinya bahwa semua yang terjadi ini nyata.

Pak Bari telah pergi.

Menjadi sebuah pukulan besar kala ditinggalkan sosok baik itu tanpa pesan apa-apa. Ada rasa yang ngilu dan begitu menyakitkan meremas dada. Rasa sesak timbul kala satu embusan napas terhela.

Pak Bari adalah sosok yang begitu dihormati. Siapa pun yang mengenal beliau akan selalu memuji betapa baik dan berbudi sosoknya. Sosok yang selalu 'ngemong' dan hangat. Tidak jarang juga melontarkan candaan.

WALKING DISASTERWhere stories live. Discover now