Subject 17

4K 629 126
                                    

Halo jumpa lagi dengan Reiga dan Kala, si pasangan complicated yang bikin pusing😅

Btw, bab ini agak banyak narasinya, semoga nggak bosan, ya🙏

Terima kasih untuk pembaca yang nggak jadi silent reader. Komentar, kritik dan saran sangat penting untuk penulis😊

Silakan tandai typo!

Selamat membaca!^^

***

Reiga menopangkan kepala dengan telapak tangan kanan yang menyangga dagu, ujung sikunya menyentuh meja. Sedangkan tangan lain yang bebas ia gunakan untuk bermain-main dengan pena yang ia putar-putar beberapa kali. Matanya tertaut pada berkas perkara di meja yang terbuka, namun pikirannya melanglang buana.

Laki-laki berkacamata itu benar-benar tidak bisa diam saja saat ia sudah semakin mendalami kasus yang diserahkan sepenuhnya secara langsung oleh kepala jaksa di kantornya. Benar kata Sena, kasus yang sempat mereka bicarakan di parkiranㅡyang berhubungan dengan keluarga Susiloㅡadalah kasus yang sekarang sedang Reiga tangani. Kasus penganiayaan dan tindak asusila adalah kasus yang umun. Ada puluhan ribu kasus serupa. Namun, menilik kasus ini ada sangkut pautnya dengan keluarga Susilo yang termasyhur, menjadikan ini bukan sembarang kasus yang mudah ditangani. Ah, ralat. Tidak ada kasus yang mudah, tetapi yang ini lain. Kesulitan itu sudah ada di depan mata bahkan sebelum Reiga melakukan apa-apa.

Akan sangat sulit menguak, apalagi memenangkan kasus ini. Ada ketakutan yang menjalar naik. Seperti akar pohon kayu yang begitu kuat melilit kaki dan tubuhnya. Seharusnya memang ia sudah mengantisipasi ini, saat tahu bahwa yang ia hadapi adalah salah satu bagian dari keluarga Susilo.

Hanya saja, semakin ia kulik, ada sesuatu yang membuat perasaannya tidak tenang. Ini berbeda dengan ketika ia menangani kasus yang lain. Ada jerat yang tak kasat mata yang seperti mengikat dirinya dengan kasus ini.

"Bukti segini nggak cukup buat memenjarakan si bangsat. Gue butuh bukti yang lebih kuat. Bukti yang lebih kuat," gumam Reiga kalut. Tangannya yang menggenggam pena sejak tadi mengetuk-ngetuk meja dengan gerakan acak.

Bukti yang dilampirkan penyidik hanyalah pernyataan dari empat korbanㅡyang mana, tiga di antaranya memilih untuk merahasiakan identitasnyaㅡdan juga foto-foto lebam di tubuh korban terakhir yang sekarang sedang dirawat di rumah sakit, dan juga rekaman cctv yang menyorot korban dan pelaku di lobi apartemen pada hari kejadian. Hasil visum korban terakhir pun tidak menunjukkan adanya sperma milik pelaku.

Ini sudah sepuluh hari sejak diterimanya kasus tersebut dan Reiga hanya tinggal punya empat hari. Ia mempunyai dua pilihan. Mengembalikan berkas perkara ke penyidik karena kurangnya bukti atau ia menyelidiki sendiri lebih lanjut untuk mencari bukti yang lebih kuat.

Pertentangan batin di dalam dirinya itu berkecamuk. Persentase untuk memenangkan sidang terlalu kecil dan ia tidak mungkin mengambil risiko itu. Laki-laki tak bermoral itu harus diadili dengan benar dan kalau Reiga nekat membawa kasus itu naik ke pengadilan saat bukti-bukti yang ia punya hanya sedikit, jelas ia akan langsung kalah. Bukan hanya reputasinya saja yang akan rusak, namun juga ia akan mengecewakan Pak Bariㅡdan juga para korbanㅡyang sudah menaruh kepercayaan.

Dan kalau ia kalah, ia jelas tidak akan bisa menuntut pelaku dengan tuntutan yang sama meski ia akhirnya menemukan bukti yang kuat. Dasar hukum yang membuatnya bertindak lebih hati-hati saat ia memutuskan untuk menjatuhkan sebuah tuntutan.

WALKING DISASTEROpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz