Subject 30

3.8K 489 40
                                    

Halo, guys! Apa kabar? Maafkan daku yang menghilang lama🙏 Aku lagi ada banyak deadline yang harus segera kuselesaikan. Jadi, aku minta maaf sekali lagi karena bakal slow update😅

Selamat membaca!!!

***

Interogasi kedua•

"Saat Anda menerima proyek kerja sama untuk pembangunan mall di Surabaya, apakah Anda tahu kalau dana yang akan digunakan adalah dana korupsi?"

Abirama mengendikkan bahu. "Tidak secara langsung. Saya hanya sekilas mencuri dengar obrolan Farengga dan Alwin Susilo yang berniat mencairkan dana tersebut dari bank yang ada di luar negeri."

"Setelah mendengar pembicaraan tersebut, Anda tidak curiga dan tetap melanjutkan proyek tersebut?"

"Maaf, Pak Bogi, saya di sini bukan untuk kasus Alwin Susilo. Saya rasa Anda tidak perlu menanyakan tentang hal tersebut karena tidak ada hubungannya dengan proses interogasi."

Bogi menggeram kesal. "Jawab saja kalau Anda ingin aman."

"Ck, saya tidak peduli itu uang curian atau bukan. Yang saya tahu hanya bagaimana membangun gedung, bukan mengurusi uang mereka didapat dari mana."

"Anda pernah memperkirakan kalau Alwin Susilo akan ditangkap?"

"Saya tidak hanya memperkirakan. Saya tahu dan yakin bahwa Alwin Susilo akan hancur suatu saat nanti dan ternyata tidak akan lagi melihatnya menjadi sampah tak berguna." Abirama tertawa sinis. "Itulah kenapa saya menawarkan diri untuk berpartisipasi dalam pembangunan mall itu meski pekerjaan di kantor sudah cukup banyak. Dengan saya berpartisipasi dalam pembangunan itu, saya punya akses lebih mudah untuk keluar masuk rumah Alwin Susilo dan menggali informasi."

"Anda terobsesi sekali untuk membuat keluarga Susilo hancur. Anda pasti akan menggila kalau mereka tidak dihukum dengan benar sementara Anda terpuruk sendirian di balik jeruji," komentar Bogi.

Abirama tampak tak setuju dengan komentar yang dilontarkan Bogi dan berkata, "Menurut saya ini bukan obsesi. Tidak hanya saya yang menanti kehancuran keluarga yang berisi manusia-manusia bajingan itu. Jadi saya nggak akan punya penyesalan."

"Apa yang sudah mereka lakukan?"

"Mereka menghancurkan keluarga saya," ujar Abirama dengan tatapan mata penuh amarah dan  dendam. "Mereka membuat perusahaan ayah saya bangkrut. Karena kehilangan perusahaan yang sudah dirintis selama belasan tahun, ayah saya depresi dan akhirnya bunuh diri. Disusul ibu saya yang meninggal karena serangan jantung. Yang terakhir ... Farengga memperkosa adik saya," Abirama berhenti sejenak, matanya menerawang jauh, "dan sekarang ... adik saya berada rumah sakit jiwa."

"Anda sudah melewati masa yang begitu buruk. Kenapa Anda membiarkan Farengga keluar dari penjara?"

Abirama tertawa hambar. Menghapus kesedihan yang sempat membayangi mata selama beberapa saat. "Yang membebaskan dia dari penjara bukan saya, tapi keluarganya yang punya koneksi dengan petinggi di kepolisian. Saya tidak salah, bukan?"
.
.
.
.
.
Interogasi ketiga

"Di bulan Oktober, Farengga tiba-tiba berhenti menyiksa pasangannya sebelum berhubungan seks. Farengga juga sempat mengatakan kalau dia sudah bosan melakukan BDSM. Kemudian Farengga meminta saya untuk mencari obat bius. Karena saya tidak tahu di mana harus mendapatkan barang itu di mana, akhirnya saya membayar seseorang yang bekerja di sebuah rumah sakit untuk mendapatkan obat bius itu. Awalnya saya tidak tahu akan Farengga pakai untuk apa.

"Saya baru tahu saat saya menyerahkan obat itu ke Farengga dan dia bilang kalau dia mau mencoba berhubungan dengan seseorang yang ia buat tidak sadarkan diri."

WALKING DISASTERWhere stories live. Discover now