Subject 32

3.8K 424 20
                                    

Halo semua! Lama kita tak jumpa😅 Masih ada yang nungguin update cerita ini??? Yuk, cung tangan!
Jangan lupa vote dan komennya juga!! Hehehehe

Oke, guys, cukup basa-basinya. Selamat membaca^^

***

Reiga membawa Kala ke salah satu restoran fine dining. Laki-laki itu sengaja mereservasi satu meja di sana untuk makan malam romantis dengan Kala, yang sudah cukup lama tak mereka berdua lakukan. Di samping karena mereka baru baikan setelah Kala memaksa putus, melainkan juga karena kesibukan masing-masing. Lelaki itu sudah hapal betul bahwa Kala menyukai hal-hal romantis yang tak berlebihan. Maka, Reiga membawanya ke restoran itu. Mereka diantarkan oleh pelayan menuju meja yang berada di ujung dekat dinding kaca yang membatasi ruangan outdoor dan indoor restoran itu.

Reiga menarik kursi untuk Kala, mempersilakan duduk wanita itu. Lalu berputar untuk duduk di kursi yang berseberangan dengan Kala. Pelayan sudah meninggalkan meja mereka dan berkata akan segera mengantarkan makanan pembuka. Di atas meja terdapat dua gelas berisi air meneral, di tengahnya terdapat lilin yang menyala.

Kalau istilah gaulnya, orang-orang biasa menyebutnya candle light dinner. Di bawah sinar lampu remang-remang restoran dan alunan musik klasik yang samar-samar terdengar, memberikan suasana intim dan tenang yang membuat Kala terlihat cukup nyaman.

"Suka tempatnya?" tanya Reiga.

"Suka." Kala mengulas senyum.

Makanan pembuka disajikan, Reiga dan Kala menyantap hidangan dalam kesunyian.

Saat makanan pembuka sudah tandas dan menunggu makanan utama dihidangkan, Kala membuka suara, "Aku pernah baca satu kutipan yang mengingatkan aku tentang kamu."

Reiga langsung tampak tertarik. Ia menatap Kala dengan antusias. "Tell me."

"Bunyinya gini 'rasa sepi ini begitu ganjil, hanya dia yang mampu menggenapi'. Itu yang aku rasain waktu pisah dari kamu. Tanpa kamu di sisiku, hatiku rasanya kosong. I miss you and I want to meet you, but I'm scared. Kutipan itu tadi benar-benar menguliti aku dan menyadarkan aku, kalau cuma dengan keberadaan kamu di sisiku yang bisa menghapus rasa sepi dan kekosongan yang aku rasain. Karena dengan kamu aku ngerasa lebih utuh."

Well, that's deep.

Reiga tak mempersiapkan diri untuk mendengar pengakuan itu. Reiga juga tahu bahwa Kala sesungguhnya berat saat mengatakan itu. Ekspresi di wajah Kala yang agak keruh, memperjelas segalanya, tetapi Reiga belum berniat menghentikannya. Kala perlu diberi waktu untuk bercerita di saat wanita itu memang mau berbagi tanpa harus dipaksa. Reiga memberikan tatapan dan senyum yang menenangkan, sehingga Kala bisa meneruskan ucapannya.

"Beberapa bulan ini aku nggak pernah lagi merasa aman dan nyaman pergi ke tempat umum. Apalagi waktu sendirian tanpa kamu. Aku selalu menyesali setiap harinya. Harusnya aku pergi ke sini dengan Reiga. Biasanya aku nonton film di sini dengan Reiga. Biasanya aku makan di tempat ini dengan Reiga. Dan banyak hal yang aku sesali karena dengan egoisnya aku melarikan diri dari kamu. Rasanya semua nggak ada yang berjalan dengan benar. Aku semakin menyesal, tapi aku masih kukuh kalau apa yang aku lakukan udah benar. Dengan pergi dari kamu, aku pikir semua akan lebih mudah. Ternyata malah justru sebaliknya. I feel lost, aku nggak tahu ke mana aku harus mencari ketenangan dan rumah untuk pulang."

Mendapat pengakuan yang panjang itu membuat dada Reiga sesak. Mereka berdua sama-sama saling butuh. Mereka berdua sudah saling ketergantungan satu sama lain. Keberadaan satu sama lain di sisi mereka adalah hal paling sederhana yang mereka mau. Karena dengan saling ada untuk satu sama lain, setidaknya itu bisa mengurangi rasa gundah dan takut akan ditinggalkan yang berujung kesepian. Reiga baru benar-benar merasakan bahwa keberadaan Kala begitu penting dalam hidupnya saat mereka terpisah. Semesta begitu tega membuat keduanya terpisah karena tragedi menyesakkan itu. Reiga tidak ingin mengulang semua itu lagi. Sudah cukup hanya sekali saja mereka sama-sama tersiksa.

WALKING DISASTERWo Geschichten leben. Entdecke jetzt