Subject 15

3.7K 608 178
                                    

Terima kasih untuk pembaca yang nggak jadi silent reader. Komentar, kritik dan saran sangat penting untuk penulis😊

⚠️⚠️TRIGGER WARNING⚠️⚠️
This post contains some violent words, and also information related to rape and abuse.

----------------------------------------------

Cry out
Oh, I'm burning out
Can't you hear the sound?

One Ok Rock - Cry Out

----------------------------------------------

1 Januari 2018

Kala menepi ke ujung ruangan yang jauh dari ingar bingar. Sebagian besar temannya sudah teler setelah berpesta alkohol. Terkapar di sana sini. Sebagian lagi masih awas dan saling bertukar cerita. Di antaranya ada Farengga dan Abirama.

Ini malam tahun baru. Kala merayakannya bersama anak-anak Rumah Arsitek. Sekaligus perayaan ulang tahun Abirama yang ke-35. Mereka menempati penthouse milik keluarga Abirama yang berada di daerah Pakubuwono. Penthouse tersebut berada di lantai paling atas salah satu apartemen mewah di sana.

Kala mendudukkan diri sebuah sofa empuk yang menghadap langsung ke pemandangan kota Jakarta pada malam hari yang terlihat dari kaca. Dari posisinya berada cukup tinggi, ia seperti masih bisa mendengar keriuhan manusia-manusia di luar sana yang juga masih terlarut dalam euforia pergantian tahun.

"Kenapa menyendiri?"

Cukup mengejutkan karena Abirama menghampiri Kala dengan membawa dua gelas dan sebotol anggur merah.

"Pengap. Agak pusing bau alkohol," jawab Kala singkat.

Abirama menempati ujung sofa panjang itu, dengan luwes menuang cairan semerah darah itu ke dalam gelas dalam porsi yang sama. Menyerahkan satu gelasnya ke Kala. "Gimana pestanya? Seru nggak?"

Kala mendekatkan bibir gelas itu ke bibirnya sebelum menyesap anggur merah itu sedikit. "Sejujurnya gue nggak terlalu suka party," ujar Kala. Sulit sekali untuk menghapus kecanggungan yang mendadak hadir.

Bagaimana tidak? Jarang sekali seorang Abirama mengajaknya ngobrol santai dan ini membuatnya tidak nyaman. Ia kira tadi Abirama bermaksud menanyakan terkait pekerjaan. Ternyata bukan. Kala sedikit mensyukuri atasannya tidak segitu gilanya menanyakan tentang pekerjaan saat baru satu jam berganti hari dan tahun. Namun, berbicara berdua tanpa arah begini lebih terasa aneh lagi untuknya.

"Tipe yang menghabiskan tahun baru dan acara-acara perayaan kayak gini sama keluarga, ya?" tanya Abirama kemudian.

"Iya. Karena kenangannya lebih berharga daripada sekadar buat mabuk-mabukan."

Bukan bermaksud menyindir. Kala hanya tidak suka. Itu saja. Bukan berarti menentang apa yang dilakukan teman-teman kerjanya itu. Toh, dia juga berada di sana saat pesta berlangsung.

Abirama tersenyum. "Tapi masih memaksakan diri ikut, ya."

Ringisan itu tak tertahankan. "Gue nggak enak kalau mangkir."

"Dan akhirnya lo kehilangan momen sama keluarga di tahun baru ini," sahut Abirama.

"Nggak juga, sih, masih bisa ketemu mereka besok."

Abirama tertawa kecil. "Mungkin maksud lo nanti."

Laki-laki itu melirik jam dinding yang berada di belakang mereka. Membuat Kala otomatis melakukan hal yang sama. Hampir jam setengah dua pagi.

WALKING DISASTERWhere stories live. Discover now