Subject 9

4.9K 708 226
                                    

Happy reading^^

Hari Jumat adalah hari yang sibuk untuk kantor Kala. Ya, biasanya begitu. Namun, hari ini lain dari yang lain. Bukannya menyelesaikan pekerjaan sebelum masuk akhir pekan, para pegawai di Rumah Arsitek itu malah sibuk mendekor ruangan untuk merayakan ulang tahun kantor mereka.

Rumah Arsitek berulang tahun yang kedua belas hari ini. Para pegawai wanita sejak pagi disibukkan dengan mendekor salah satu ruang santaiㅡya, Rumah Arsitek memiliki ruang khusus untuk bersantai yang dilengkapi dengan sofa, LED TV, game konsol, dan lain-lainㅡuntuk syukuran kecil-kecilan.

Farengga, senior arsitek di kantor itu, mendekati Kala yang sedang menulis sesuatu di kertas yang sudah digunting kecil-kecil. Sepertinya untuk acara hari ini juga. "Bikin apa, La?"

Kala mendongak. Menampakkan wajah yang berkilau, dengan kening yang berpeluh dengan titik-titik keringat yang muncul. Agak kaget melihat Farengga berdiri dalam jarak yang terlalu dekat. 

"Oh, ini lagi nulis pertanyan buat game," jawab Kala agak sungkan. Terlihat jelas bahwa ia tidak begitu nyaman dengan posisinya saat ini. Berhadapan dengan atasannya itu selalu membuat Kala gelisah.

"Butuh bantuan?" tawar Farengga. Masih dengan posisi agak merunduk di depan Kala.

"No need," jawab Kala cepat-cepat, membuat Farengga menaikkan ujung bibirnya. Menyeringai kecil. "Udah mau selesai, kok. Mending bantuin niup balon aja buat dekor." Kala menunjuk ke bagian belakang dengan kepalanya. Di dekat coffee table terdapat dua bungkus balon berwarna-warni yang belum tersentuh.

Laki-laki itu melirik ke arah yang ditunjuk oleh Kala, lalu menghampiri meja itu dalam diam.

"Tiup manual? Seriously?" tanya Farengga mengangkat kedua tangannya yang memegang dua bungkus balon.

"Iya." Kala mengangguk. "Tadi mau beli alat yang buat niupnya sekalian tapi nggak ada."

"Ini masa gue doang? Yang lain bikin apa, sih?" Farengga mengedarkan pandangan ke ruangan itu. Ada Kak Ros yang tak jauh dari mereka berdua, sedang sibuk berkutat dengan komputer. Selain mereka bertiga, tidak ada siapa-siapa lagi di sana.

"Niup balon emang jatahnya anak cowok itu, Bang. Iqbal sama Pandi masih meeting di luar. Andre lagi nemenin Enggar ambil banner sama cake," jawab Kak Ros yang mendengar obrolan Kala dan Farengga.

Farengga langsung mengerjakan tugasnya dengan tenang. Beberapa kali harus merelakan balonnya meletus karena sudah terlalu besar tetapi masih saja ditiup. Situasi itu terlihat lucu, namun bukannya berterima kasih karena usaha Farengga meniup balon itu dengan susah payah, Kala malah merasa gusar. Berada di sekitar Farengga belakangan ini tidak pernah bisa membuatnya tenang.

Farengga yang merasa diperhatikan, menoleh, dan memaku tatapan mata Kala. Mereka terpisah jarak beberapa meter, namun tatapan itu membuat seluruh tubuh Kala merinding. Diperparah dengan tatapan lapar dan seringai di bibir Farengga.

Kala mengalihkan pandangan. Lalu cepat-cepat memfokuskan diri pada kegiatannya yang terhenti sejak Farengga datang tadi.

Dan Kala baru bisa kembali bernapas lega saat Farengga beranjak dari duduknya untuk menerima telepon lalu keluar ruangan tanpa pamit.

***

Acara syukuran kecil-kecilan itu berjalan begitu mulus dari mulai potong kue yang oleh pemilik Rumah Arsitek yaitu Abirama. Si Bos yang jarang sekali kelihatan di kantor itu akhirnya menampakkan hidungnya pada perayaan sederhana itu dan memberikan sedikit sambutan yang dibumbui humor.

WALKING DISASTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang