Subject 29

3.5K 492 79
                                    

Halo, ketemu lagi kita!!!😄😄😄

Selamat membaca^^

Cabikan tangan yang tak kasat mata itu terasa nyata menghujam dada

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cabikan tangan yang tak kasat mata itu terasa nyata menghujam dada. Mencipta goresan-goresan luka tak terperi.

Reiga berdiri di sana. Di balik pintu yang mengantarkannya kepada ruangan yang menjadi saksi bisu saat Kala dan juga korban-korban yang lainnya diperkosa. Diperlakukan dengan tidak manusiawi oleh bajingan bejat yang bersembunyi dalam tubuh seorang Farengga Susilo.

Sudah belasan menit terlewat, namun Reiga tidak bisa juga melangkahkan kaki untuk masuk ke sana. Tidak, ia tidak bisa. Apalagi saat bayang-bayang tentang Kala merasuk ke dalam kepala, tumpang tindih hingga riuh sekali.

"Gue aja yang masuk, gimana?"

Itu adalah suara Sena. Laki-laki itu dengan begitu baik hati dan setia menemani Reiga meninjau TKP saat malam hampir menjemput. Pada tempat eksekusi biadab Farenggaㅡyang bahkan tak bisa terjabarkan dalam kata-kata.

Seharusnya memang ia tidak boleh ada di sana. Seharusnya ia menyerahkan semuanya kepada penyidik. Membiarkan tugas pengumpulan bukti itu menjadi tugas para penyidik. Dan ia hanya perlu meninjau ulang. Namun, tidak bisa. Ia tidak bisa hanya diam karena ini bersangkutan dengan Kala. Ia jelas tidak bisa duduk diam di saat ada banyak korban yang menderita. Reiga tidak bisa terus membiarkan keluarga korban larut dalam kecemasanㅡyang juga menyimpan kepercayaan padanya untuk menuntaskan kasus ini dan menjebloskan Farengga ke penjara dengan tuntutan setimpal yang pantas bajingan itu terima.

Reiga menggeleng tipis. "Gue bisa tahan," ucapnya.

Garis polisi berwarna kuning mentereng dengan garis-garis hitam tebal itu akhirnya ia sibakkan. Reiga memasuki TKP, pada sebuah kamar apartemen mewah yang menyisakan jejak-jejak kemaksiatan. Tempat asing yang terasa menyesakkan. Amat sangat menyesakkan.

Dalam keheningan yang nyata, di kepala Reiga terbayang reka ulang kejadian saat Kala diboyong masuk oleh Farengga dalam keadaan mabuk dan tak sadarkan diri. Membopong wanita bersurai sebahu itu seperti seringan kapas.

Mata Reiga memerah menahan amarah juga kepedihan yang tidak kunjung surut.

Rasanya terlalu mengerikan ketika bayang-bayang itu adalah yang sesungguhnya terjadi pada Kala yang tidak berdaya. Lalu saat setengah nyawanya terkumpul, Kala sudah telentang di sana. Di atas tempat tidur dengan pergelangan tangan dan kaki yang terikat borgol. Kedua tangannya menyatu di atas kepala. Sedangkan kedua kakinya terbuka lebar, tertarik ke arah berlawanan dengan masing-masing terikat pada rantai borgol yang tertaut pada kayu-kayu di ujung ranjang. Kala tidak bisa melihat ke mana-mana selain pada atap yang tampak menelanjanginya bulat-bulat. Lalu pada sisi kanan, tertangkap mata oleh Kala, sebuah lemari besar dengan salah satu pintu yang terpasang kaca. Kala melihat dirinya hanya mengenakan pakaian dalam dan hawa dingin itu baru terasa menusuk hingga pori-pori kulitnya saat manik matanya bertatap dengan Farengga yang sedang menyeringai menatap tubuhnya.

WALKING DISASTERWhere stories live. Discover now