Subject 25

3.5K 425 46
                                    

Bab ini cukup panjang semoga nggak bosan ya.
Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan komentar😄

Aku akan update bab 26 hari ini juga kalau bisa tembus 50 vote dan 35 komentar😁

Selamat membaca!!!

***

"Ibu tanya kapan kita akan menikah?" tebak Kala yang langsung tepat sasaran.

Sejujurnya Kala tidak terlalu kaget mengingat sudah lebih dari setengah tahun sejak mereka berdua meresmikan pertunangan. Meski dulu Ibu sempat memintaㅡdengan paksaan halusㅡuntuk menyegerakan menikah mesti harus melangkahi Hani, namun karena Reiga memberikan pengertian kepada keluarga, Ibu tidak lagi merong-rong mereka berdua untuk segera menikah. Ibu hanya mengatakan kalau pernikahan itu akan dilaksanakan setelah Hani menikah. Ternyata Ibu tidak mau menunggu waktu lama. Janji adalah janji. Dan mereka harus mempertanggungjawabkan apa yang sudah mereka mulai. Begitu kata Ibu.

Namun, Kala masih meragu. Bagaimana bisa ia tetap memaksakan menikahi Reiga saat dirinya masih menyimpan kebohongan yang begitu besar?

Ini sangat membingungkan. Ia ingin terus bersama Reiga, namun juga sulit untuk rasanya kalau bertahan dalam sebuah hubungan yang tidak berlandaskan kejujuran.

"Kita bisa mempersiapkan semuanya pelan-pelan," kata Reiga hati-hati. Meski rambu-rambu masa depan sudah mulai menyala, namun mengingat hubungan mereka baru membaik, Reiga tidak ingin mengacaukan segalanya dengan memburu Kala.

Melihat Kala yang terdiam Reiga mendesah lirih. Tangannya bergerak meraih jari-jemari Kala dan menggenggamnya. Memainkan cincin di jari manis Kala yang ia sematkan saat acara pertunangan beberapa bulan yang lalu. "Okay. Kita kesampingkan dulu masalah pernikahan kalau kamu belum mau bahas. Ada hal yang harus aku sampaikan," kata Reiga dengan tenang. Seolah yang akan diucapkannya memang hanya hal remeh yang tidak terlalu penting untuk dipikirkan.

"Tentang apa?"

Genggaman tangan Reiga menguat sebelum berkata, "Kamu tahu, kan, La. Hubungan akan berjalan lancar saat kedua pihak saling jujur dan mau membicarakan semua hal pentingㅡdan tidak pentingㅡkepada pasangan. Aku nggak mau ada kebohongan atau pun alasan-alasan mengambang yang akan membuat kita renggang. Aku mau kita berdua saling cerita. Semuanya. Tanpa menutup-nutupi apa-apa. Kamu bisa, kan?"

Kala termangu dalam kebisuan selama beberapa saat. Kata-kata Reiga seolah menamparnya habis-habisan. Baru beberapa menit yang lalu Kala memikirkan tentang kejujuran itu dan sekarang Reiga mengungkitnya.

Dilema yang mengungkungnya semakin membesar. Membentuk gelembung balon yang sanggup menelannya.

Mereka berdua saling tatap dan menyelami mata masing-masing. Kala tahu bahwa mereka berdua sudah sama-sama mengerti. Mereka tidak menginginkan orang lain. Kala hanya menginginkan Reiga. Begitu pula sebaliknya. Kala pu tahu bahwa ia sudah menemukan tempat nyaman yang begitu hangat untuk pulang. Reiga ... hanya dia. Satu-satunya yang menawarkan rumah ternyaman.

"I'll tell you everything," ucap Kala. Except one, Rei. Tentang Farengga, aku belum bisa, lanjut Kala dalam hati.

"So do I." Reiga tersenyum manis. Mengalirkan rasa hangat juga setitik rasa bersalah di hati Kala. "Kita berdua akan baik-baik saja selama kita saling memiliki satu sama lain dan saling jujur. Kita akan membangun keluarga yang saling memberikan rasa aman dan nyaman. Rumah kita untuk pulang," sambung Reiga. Kata-katanya yang begitu manis itu membuat Kala berkaca-kaca.

WALKING DISASTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang