31. K a r a m e l ☘

153 28 115
                                    

"Yang tidak pernah merasakan tidak akan paham.
Yang tidak pernah mengalami tidak akan mengerti."

🌪🌪🌪

"Sorry. Gue gak berani bilang ini dari kemaren, bahwa Valda itu mantan gue. Mantan yang sering gue ceritain ke lo. Sorry banget, Mel.."

Perlu 5 detik Karamel untuk meresapi dan memahami kalimat pernyataan yang baru saja di tuturkan Vanilla.

Vanilla menggigit bibirnya dengan gusar. Segala perasaan takut dan pikiran negatif kompak menggelantungi benaknya. Vanilla sama sekali tidak bisa menebak apa arti dari tatapan Karamel ini kepadanya. Karena Karamel menatapnya tanpa ekspresi sama sekali.

"Mel, Please, maafin gue. Gue cuma gak mau lo nanti lebih benci gue karena terlalu lama nyimpen raha--"

"La."

Vanilla meneguk salivanya susah payah saat panggilan yang keluar dari mulut Karamel terdengar tidak bersahabat dan begitu flat.

"Gue udah tau kok." Karamel menatap Vanilla tepat di kedua manik gadis itu.

Sungguh, kening Vanilla mengkerut dalam. Vanilla menatap Karamel tidak mengerti.

Apa Vanilla baru saja salah dengar?

"Apa?" respon Vanilla dengan kepalanya yang mulai terserang rasa nyut-nyutan.

Karamel mengangguk. "Iya, gue udah tau rahasia lo selama ini. Jauh sebelum hari ini."

"Mel?" Vanilla memiringkan kepalanya. Tatapannya menuntut di jelaskan dengan sejelas-jelasnya. Bagaimana bisa Karamel mengetahui ini? Vanilla sama sekali tidak pernah cerita tentang ini ke Karamel.

Dari mana Karamel bisa tahu?

"Sebenarnya ada juga yang mau gue omongin sama lo." tatapan Karamel terlihat serius.

Entah kenapa, Vanilla merasa Karamel sedang gugup. Terlihat dengan mata gadis itu yang berkedip-kedip beberapa kali.

"Tolong lo dengerin gue baik-baik," pinta Karamel; yang ingin membuka fakta besar dari apa saja yang terjadi sejak ia menjadi maba disini.

Walau masih tidak paham sama sekali dan penuh rasa penasaran yang mencekiknya, Vanilla tetap diam sembari menatap dan mendengarkan Karamel dengan seksama.

"Selama ini, gue gak pernah naksir sama Kak Valda," kata Karamel dengan penuh keyakinan.

Vanilla menggeleng. "M-maksudnya? Gue gak ngerti sumpah, Mel."

Karamel terdiam, tatapannya meminta untuk Vanilla percaya dengan kejujurannya saat ini.

Bagusnya otak Vanilla masih mencerna arti tatapan itu. Vanilla membuang satu tarikan nafas. "Oke, terus yang kemaren-kemaren lo yang ngotot minta comblangin ke gue itu apa?" Tanya Vanilla sambil menahan gejolak emosi yang ada di hatinya. Sedikit demi sedikit dia mulai paham dan sedikit demi sedikit kepalanya menebak apa yang sebenarnya terjadi.

MoonniteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang