27. H a t i k e c i l n y a

136 30 51
                                    

“Nyatanya, kamu memang harus menjadi pelupa yang baikUntuk semua kesalahan yang membuat dirimu tak pernah membaik

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

“Nyatanya, kamu memang harus menjadi pelupa yang baik
Untuk semua kesalahan yang membuat dirimu tak pernah membaik.’’

[]

Tok tok tok.

"Masuk aja gak di kun--"

'Cklek'

Alis Rossie menukik dalam serta jidatnya yang bergelombang besar saat Valda melangkahkan kaki masuk ke kamarnya.

Walau tidak terlalu heran dengan Valda yang suka datang ke rumahnya dan masuk ke kamarnya--seperti yang biasa cowo itu lakukan--namun agaknya kali ini Rossie melihat sesuatu yang tersirat dari raut wajah Valda yang terlihat redup tak bersemangat itu.

"Belum tidur lo?" basa-basi Valda.

Rossie menjawab tanpa menatap Valda, "Iya. Lagi ngerjain tugas yang padahal deadlinenya dua minggu lagi. Gila, terlalu rajin gak sih gue? tiba-tiba jadi mahasiswi teladan gini. Anjir." Bahkan Rossie tidak percaya dengan dirinya sendiri yang serajin ini.

"Tumben," celetuk Rossie tanpa mengalihkan fokus dari laptop.

Selain ke rumah Yusha, rumah Rossie juga sering Valda kunjungi, sampai-sampai ada kamar khusus untuk Valda yang di sediakan dari orang tua Rossie.

Harusnya Rossie tidak terlalu kaget dan rasa ingin tahu berlebih, tapi berhubung Valda datang pada larut malam seperti ini, maka wajar jika Rossie menyimpan tanya di benaknya.

"Pas di jalan tadi liat cimol, gue tiba-tiba ke inget lo, yaudah mampir bentar kesini." Valda meletakkan 2 porsi makanan favorit Rossie itu di nakas samping ranjang dimana Rossie duduk.

"Alasan utamanya?" karena Rossie tahu, apa yang di ucapkan Valda tadi hanya sebuah alasan sampingan (bukan niat utama cowo itu untuk mampir kesini).

Valda terkekeh kemudian mengusak pucuk kepala Rossie--salah satu kebiasaannya yang sangat khas ketika gemas dengan seseorang. "Tau aja lo, Ros," ujarnya.

Rossie hanya mengabaikan perlakuan Valda itu dengan tetap mengetak-ngetik keyboard laptopnya. Itu hal yang terlalu biasa bagi Rossie, jadi ia tidak harus heboh seperti cewe-cewe pemuja Valda lainnya kan?

Valda duduk di tepi kasur--tepat di depan laptop Rossie.

"Habis dari rumah Vanilla," buka Valda sambil menatap kosong ujung sepatunya.

Jemari Rossie terhenti sejenak, kepalanya terangkat untuk menatap Valda. "Selarut ini? Ngapain coba?" Rossie lanjut berkutat dengan pekerjaannya.

Valda mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Di suruh main aja sama Vanilla."

"Lo halu?"

"Gue juga mikir gitu. Ternyata gue dateng buat ngebalikin mood mamanya yang lagi gak baik. But not bad. Gue seneng bisa makan malem bareng keluarga mereka."

MoonniteDonde viven las historias. Descúbrelo ahora