••Bangtan local Fiction••
°°°
"Ketika Malam dan Bulan mendapatkan restu
untuk menyambut si merah jambu
meski biru sewaktu-waktu datang sebagai tamu."
>
"Comblangin gue sama kating ya?" celetuk Karamel dengan cepat.
"Kating yang mana sih?"
"Itu lho...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Kala kupandang kerlip bintang nun jauh disana Saat kudenger melodi cinta yang menggema Terasa kembali gelora jiwa mudaku Kar'na tersentuh alunan lagu semerdu kopi dangdut🎤🎶
ⓢⓒⓨ
"Karamel kenapa gak bilang kalo takut film thriller? Kan tadi bisa milih yang komedi atau yang romance," kata Valda gak enak hati ketika baru keluar dari bioskop.
Valda melihat Karamel hampir pingsan saat menonton film yang baru saja mereka tonton yang bergenre thriller. Entah Karamel takut dengan darah, atau pembunuhan sadis yang ada di scane film tersebut.
Padahal di awal Valda sudah menawarkan untuk memilih dengan genre yang lain, namun Karamel beralibi bahwa ia penasaran dengan film bergenre tersebut dan ingin menontonnya. Tapi lihat saja hasilnya, perutnya jadi mual-mual karena menyaksikan adegan yang waw. Sangat sadis! Belum lagi teringat darah atau orang yang sedang menguliti manusia. Hell! Karamel kapok nonton film seperti ini.
Tapi ada hikmah yang dapat di ambilnya. Karamel sempat berlindung di balik punggung Valda 2 kali ketika ada adegan yang menyeramkan. Bayangkan saja, menonton bersama Valda sudah girang setengah mampus apalagi ada bonus seperti barusan. Karamel harus menceritakan ini dengan Vanilla. Kalo perlu akan ia ulang-ulang 77 kali.
"Biar gue gak penasaran lagi, Kak," jawab Karamel menengadah sebentar untuk melihat Valda yang jauh lebih tinggi darinya.
"Dan?"
"Dan gue kapok banget. Gue gak bakalan nonton yang kaya gini lagi. Huhuu."
Valda terkekeh saat Karamel nangis lucu-lucuan seperti itu.
Lucu juga.
"Karamel mau apa lagi?"
"G-gak tau," jawab Karamel gugup, sambil meremas-remas tali tasnya. Gugup aja gitu pas abang crushnya nyebut nama dia.
