44. R u m a h

99 29 55
                                    

Rabu, Pagi 06.45.

Valda menarik kursi makan tepat di hadapan ibunya dengan senyum kelewat cerah.

Pagi ini kedua ibu dan anak itu sarapan bersama dengan menu ringan yang sudah di sediakan Bi Saroh.

Awalnya Balqis tidak ngeh dengan Valda yang selalu memasang senyum rupawannya, namun pada pertengahan makan, ia baru menyadari hal tersebut.

"Kenapa kamu?" tanya Balqis dengan nada dingin dan tatapan yang datar, namun kening yang sedikit berkerut karena bingung.

Valda menggeleng seraya terus tersenyum. Senyum yang begitu tulus dan penuh aura bahagia.

"Tolong di baca, Ma," ajunya seraya menyodorkan sebuah amplop putih ke dekat piring makan Balqis.

Balqis melambatkan kunyahannya ketika membaca sekilas surat putih itu yang tertera tulisan Rumah Sakit Umum Daerah Bunga Medika.

"Kamu sakit?" tebaknya masih dingin.

"Buka dan baca dulu aja, Ma, Valda yakin setelah ini Mama bakal senyum terus kaya Valda," ucap Valda dengan suka citanya. Bahkan hanya satu gigit kue pie perutnya sudah kekenyangan. Bahagia itu sudah mendominasi organ dalam tubuhnya.

Perlahan dengan rasa penasaran, Balqis membuka amplop itu dan membaca surat keterangan yang ada di dalamnya.

Awalnya Balqis tidak mengerti dengan kolom-kolom dan angka seperti kode sesuatu yang mengisi kolom tersebut, namun setelah ia membaca lampiran di bawah kolom itu, barulah mulai mengerti.

...Dengan demikian dapat di simpulkan probabilitas terduga Abidzar Najmi sebagai saudara kandung dari Valdeza Jauhar Lathif adalah 99.98%.

Balqis langsung menatap Valda dengan mata yang berkaca-kaca untuk minta penjelasan juga tangan yang gemetar dan hati yang bergumuruh hebat.

Valda menyunggingkan senyum teduhnya. "Firasat Mama selama ini bener. Alta masih hidup. Dan sekarang Valda udah nemuin dia, Ma.." jelasnya dengan suara yang melemah di akhir karena rasa haru yang sedang menyelimuti qolbunya.

"Val.. da.." Airmata yang semula menggenang itu kini jatuh bebas menulusuri pipinya. Balqis tidak tau harus berbicara apa lagi. Ini semua di luar dugaannya. Balqis memang selalu yakin bahwa bungsunya masih hidup, tapi tidak tau kenapa ini semua masih terasa seperti mimpi yang terlalu indah, sampai ia pun sulit untuk percaya, dan takut akan terbangun dengan kenyataan yang ternyata masih pahit.

Valda bangkit dari duduknya dan memeluk samping badan Balqis sambil menggenggam lengan sang ibu. "Gak mimpi ini, Ma. Alta beneran masih hidup. Sekarang dia tumbuh dengan sangat baik bahkan lebih ganteng dari yang aku kira," kata Valda dengan suara yang begitu lembut dan sopannya masuk ke telinga Balqis.

Balqis menutup mulutnya dan menangis tersedu-sedu. Jantungnya berdetak lebih keras dan cepat dari biasanya. Pundaknya bergetar namun segera di elus oleh Valda.

Akhirnya penderitaannya menyentuh garis finish. Kehancuran dan kesuraman yang selama ini selalu menghuni hatinya kini perlahan meluluh. Anaknya yang selama ini--lebih dari sepuluh tahun tidak pernah ia lihat kini masih di dunia yang sama dengannya.

"Sekarang ikut aku ya, Ma, kita jemput Alta buat kesini."

Balqis hanya bisa mengangguk mengiyakan ajakan Valda.

🌾☘🌾


Keringat dingin itu bercucuran di pelipis seorang ibu yang begitu gugup untuk menemui anaknya yang sudah lama hilang.

Balqis menarik nafas dalam saat Valda mematikan mesin mobil ketika mobil yang mereka tumpangi berhenti di sebuah pekarangan rumah.

Balqis turun dari mobil dan memandang bangunan bergaya eropa dengan cat tembok yang dominan berwarna putih gading ini dengan perasaan deg-degan luar biasa. Apakah selama ini anaknya tinggal di lingkungan yang sebagus dan seelit ini?

MoonniteWhere stories live. Discover now