26. S i a p a A t u n ?

129 27 75
                                    

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"..tatapannya juga keliat jelas, kalo dia nyaman banget sama lo."

[]

Vanilla menutup pintu kamarnya dan langsung berlari untuk mencapai spring bed berwarna putih polos dengan selimut tebal berwarna mustard diatas kasur.

Wajahnya yang kusut ia tenggelamkan pada dua telapak tangan yang tak besar itu serta mata yang ia pejamkan erat-erat.

Perasaannya teramat kacau dan berkecamuk.

Vanilla menjauhkan telapak tangannya. Hembusman nafas yang terasa kasar sambil menatap langit-langit kamarnya.

Apa gue sanggup nyimpen ini sendirian?

Ia menggigit bibir bawahnya. Kebiasaan Vanilla saat di geluti dengan perasaan bingung atau sedang tidak tenang.

Vanilla merasa sangat kalut. Sepertinya, Vanilla sudah tidak kuat untuk menyimpan hal tersebut seorang diri--yang selama ini hanya mengendap di tepi hatinya, tertutup rapat bagai di bungkus dengan peti yang terbuat dari baja.

Atas perdiskusian dengan hati dan pikirannya, Vanilla pun mantap untuk menceritakan ke--setidaknya--satu orang yang ia percaya (yang ia juga sering terpikir untuk bercerita tapi selalu di urungkan).

Vanilla mengambil laptopnya di bawah bantal, mengetik sebentar, kemudian menunggu Videocallnya di terima oleh Rossie.

Ya, Rossie. Bukan tanpa alasan Vanilla memilih gadis yang dulu jadi adek kelasnya namun sekarang menjadi teman seangkatannya itu untuk ia bercerita, Karena Rossie masih berhubungan keluarga atau lebih tepatnya adik sepupu Valda, maka sedikit banyaknya, tanpa perlu bercerita dari awal, Rossie pasti sudah mengetahui bagaimana kehidupan keluarga Valda yang tak banyak orang tahu.

"Are you okey, Vanilla? Kenapa muka lo kok kusut banget gitu?" Rossie memang tak suka basa-basi, dia suka langsung ke intinya. dan gadis blasteran Australi+Indonesia itu cukup peka dengan raut Vanilla yang terlihat sejak 5 detik setelah panggilan video tersambung.

"Ros...," panggil Vanilla lemah.

"Oke, lo tarik nafas, buang pelan-pelan."

Vanilla mengikuti interupsi Rossie walau agak susah untuknya saat ini untuk tenang.

"Kalo udah ngerasa agak baikan, lo boleh cerita." Yang tadinya berselonjor, Rossie kini menyilangkan kakinya menjadi bersila tegak--kebiasaannya saat ia ingin mendengarkan pembicaraan dengan seksama.

"Gue pilih lo buat ceritain ini, karena gue percaya sama lo gak bakal beberin ke siapa-siapa."

"Tentang?"

"Valda."

Alis Rossie bertaut heran. Ada jeda sebentar sebelum ia membeo, "Valda? Dia berulah apa lagi sama lo?" Valda ngapain lagi sampai-sampai Vanilla jadi sekusut ini mukanya? Begitu kira-kira isi pikiran Rossie berdasarkan apa yang ia lihat dari Vanilla.

MoonniteWhere stories live. Discover now