22. O T W 🚴🏻

144 27 100
                                    


Lenganku mungkin tidak akan Menggenggammu di setiap saat kau menginginkannya.
Tapi itu tidak berarti Kita tidak bisa hidup di sini pada saat ini.
Karena aku bisa menjadi salah satu orang yang akan kau cintai dari waktu ke waktu

•••

Vanilla berjalan tergesa-gesa keluar dari kelasnya setelah sang dosen beranjak lebih dulu dari ruangan serba putih itu.

Vanilla melirik arloji sembari menunggu pintu lift terbuka.

Pukul 17.16. 4 menit lagi pertandingan basket akan berakhir. Vanilla harus cepat-cepat menemui anak itu di lapangan sebelum semuanya bubar dan ia akan semakin susah mencari Valda.

Vanilla buru-buru masuk lift dan tak lama kemudian ia berlari menuju lapangan basket yang letaknya di central gedung ini setelah beberapa menit dirinya telah keluar dari lift.

Vanilla meninggikan lehernya. Banyak sekali kaum hawa yang menonton laga ini. Sorakan keras pun menusuk rungu Vanilla saat ia mulai berada di tempat kerumunan.

Tepukan riuh beserta teriakan untuk memberi semangat mengalun hampir seiras menggiring detik demi detik yang akan berakhir.

Vanilla berhenti di baris terdepan kerumanan, dengan matanya yang berpendar ke segala penjuru untuk mencari sosok yang ia ingin temui.

Dan--

Gotcha!

Gotcha!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Cowo dengan celana selutut dan kaos hitam polos itu dengan gayanya yang cool sedang mendrible si bundar yang bersiap akan ia over ke teman satu tim yang menunggunya di arah barat untuk menuju ring tim lawan.

Entah apa yang ada di labirin otaknya, tak tau situasi, Vanilla berlari ke tengah lapangan bertepatan dengan Valda yang baru melambungkan bolanya kepada Kafka.

"Valda!" panggil Vanilla setengah berteriak.

"Vanilla? Lo ngapain disini?" tanya Valda terkejut dan tak habis pikir, sembari meletakkan telapak tangan di jidat untuk menghalau sinar mentari yang menyorotnya, matanya pun ikut menyipit sebagai dampak terangnya sang surya.

MoonniteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang