11. S a d r a i n

189 31 122
                                    

Kamu adalah hidupku
Tapi hidup jauh dari keadilan.

Kamu adalah hidupkuTapi hidup jauh dari keadilan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

19.00

Hanya suara dentingan dari seni garpu dan sendok yang berbenturan ke piring, tidak ada percakapan apalagi gurauan. Eum, Hey. Hal itu hanya mimpi yang fana bagi lelaki 20 tahun ini.

Bilqis sangat jarang berkomunikasi dengan anaknya, Valda. Ini situasi yang sudah sangat biasa. Meski sudah biasa, Valda terus berusaha setiap hari untuk memperbaiki keadaan dan mencairkan suasana dan memperelok situasi.

Valda meminum air putih kemudian menatap mamanya dengan pelan. "Ma, besokkan tanggal merah, mama liburkan? Valda mau ngajak jal--"

"Besok libur tapi mama tetep sibuk," potong mamanya seperti biasa, dingin, tak mengalihkan atensinya dari makanan yang ia santap. Padahal, Valda berharap sekali mamanya ini menatap wajahnya ketika berbicara.

Valda menelan ludahnya dengan sulit. Bi Saroh menatap Valda dengan prihatin di belakang meja pantry.

"Valda salah apa, Ma? Kenapa Mama selalu pilih kerjaan daripada anak Mama sendiri?"

Dentingan nyaring terdengar di suasana sunyi ini kala wanita yang Valda panggil 'mama' itu menghempaskan 2 alat pembantu makannya.

"Kamu masih tanya salah kamu apa?" tanya Bilqis menahan sesuatu yang bergejolak di dadanya. "Salah kamu itu cuma satu tapi sangat besar Valda." ia melirik Valda dengan nyalang.

Wanita 47 tahun itu mendorong kursinya dengan keras. Ia berdiri dan megarahkan jari telunjuk yang bergetar karena menahan emosi tepat di depan wajah Putra sulungnya.

"Berhenti seolah kamu ngerasa nggak bersalah! Adek kamu hilang gara-gara kamu! GARA-GARA KAMU! Kamu harus ingat itu ANAK SIAL! AARGKH!"

Prank!

Bilqis meluapkan emosinya dengan melempar gelas ke sembarang arah. Gelas itu pun hancur berkeping-keping sama seperti hati Valda saat mendengar kata itu.

Valda berdiri, menatap sang ibu dengan mata yang bergetar takut juga terluka, "t-tapi... Ma, i-itu udah lama. Udah tiga belas tahun yang lalu. Ma--mama sampe kapan kaya gini t-terus sama Valda...?" Valda berusaha menahan air matanya yang mendesak ingin turun. Hatinya merintih sakit ketika mengingat ibunya yang selalu seperti ini memperlakukannya semenjak insiden itu.

Bilqis mengalihkan pandangannya dan tertawa sinis. "Lalu kamu pikir karena itu sudah lama kamu nggak bersalah lagi? Dan kamu berhak bahagia? Gitu, hah?!!" matanya berkilat tajam menatap Valda. Darahnya mendidih. Emosinya telah sampai ke ubun-ubun.

Valda menggigit bibir bawahnya untuk mengatasi rasa takut dan menahan liquid bening agar tak berselancar bebas di permukaan kulit pipinya.

Tolong jangan lupakan sedewasa apapun umurnya sekarang, Valda tetap seorang anak yang ingin mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Sama sekali bukan manja, ini hal yang sangat wajar dari seorang anak.

MoonniteWhere stories live. Discover now