Moonnite

05. K a f e b u k u

Tak ada setitik ragu
Yang hadir mengajakku pindah ke lain hati
Bersamamu hingga bumi tak bermentari
Padamu ku berjanji.

______

"Tangan gue kosong loh, La."

"Terus?"

"Kali aja lo mau gandeng."

"Maksudnya? Lo nganggep gue orang buta? Pake ngajak gandeng-gandengan segala?!"

Valda mengerjap panik dan segera menyangkal tuduhan yang keliru itu. "Eh gak gitu, La. Astaga, masih aja lo salah paham mulu sama omongan gue," jelasnya.

Vanilla tergeming.

'Masih' aja lo salah paham mulu?

MASIH AJA?

MASIH?

Ini maksud Valda apa sih? Kenapa harus ada kata 'masih?'

Apa Valda diem-diem mau ngajak Vanilla bernostalgia? Atau hanya tak di niatkan untuk di sebut? Atau jangan-jangan ... hanya Vanilla yang mendadak ge er?

Entahlah. Vanilla tidak mau pusing-pusing memikirkannya.

5 menit kemudian, mereka masuk ke toko buku yang merangkap juga sebagai kafe.

Begitu Vanilla masuk, suasana yang ia rasakan sangat berbeda dari toko buku sebelumnya. Penghidunya langsung di manjakan dengan aroma manis roti-roti dan dessert yang di jual disini. Tidak melulu terpaku dengan aroma buku semata. Tempatnya juga luas, Vanilla memperkirakan mungkin bisa menampung puluhan RT RW. Tapi warganya semut rang-rang semua.

Interiornya juga sangat menarik, campuran warna putih dan cream pun sedikit wallpaper pada bagian langit-langit serta kaca yang menjadi pembatas dinding.

Rak-rak buku berjejer rapi mengelilingi ruangan ini. Masing-masing satu meja di sediakan 2 kursi.

Oh, jangan lupakan, tak hanya makanan penutup, disini juga menjual beberapa menu yang biasa tersedia di restoran junkfood.