19. K e B a s e c a m p

167 26 79
                                    

Diantara hari-hari yang terasa sama disetiap harinya, bertemu denganmu adalah hal yang paling membuatku bahagia.

Bahkan setiap saat dalam keseharian yang terasa berbedapun,
Kamu adalah orang yang paling istimewa bagiku.
-Telepathy-

-----

Vanilla berjalan tergesa-gesa memikul asap yang mengepul di ubun-ubunnya. Bibirnya terkumpul menjadi satu dengan pipi yang menggembung juga alisnya menyudut mirip angry bird, itu karena semenjak dari gerbang, belasan perempuan memintanya untuk menyampaikan hadiah mereka ke Valda. Kenapa begitu? Karena rumor (read : fakta) bahwa Vanilla teman sewaktu SMA dengan pujaan hati mereka sudah meluas di berbagai sudut kampus. Walhasil, berhubung menurut mereka Vanilla gampang sekali dijadikan perantara untuk menyampaikan ke Valda, maka mereka menyerbu Vanilla berbondong-bondong.

Ini mereka tau Vanilla pernah satu SMA sama Valda saja sudah sangat heboh, apalagi tahu yang sebenar-benarnya. Bakal gempar seisi kampus.

Brak!

Vanilla menggebrakkan tangan ke meja yang berada di pinggir dekat lapangan basket. Di mana meja itu sedang di tempati Karamel.

Menghempaskan pantat dengan tidak selow sama sekali, Vanilla mulai mengadu ke Karamel yang masih terkaget-kaget itu.

"Gila banget udah sarap apa ya tuh cewe-cewe? masa mau nitipin kado buat playboy cap sarden abata ke gue? Emang mereka pikir gue apaan, Mel? Kurir anter barang? Babu? Heoolll. Suul adab mereka tuh!" Vanilla mendengus sebal, berdecak kesal dan mendecih bete dalam detik yang sama.

"Terus mereka lo apain, La?" tanya Karamel yang ingin menertawakan penderitaan sahabat yang duduk di depannya ini.

"Ya jelas lah gue tolak. Enak aja nyuruh gue ngasihin kado ke oknum V, ogah begete!" Vanilla bergidik semacam jijik.

"Minta aer dong aus gue nih. Seret tenggorokan gue gara-gara pidato tadi sama mereka."

"Buset! lo ngomelin anak orang?" mulut Karamel menganga lebar.

"Iyalah anak orang. Masa anak jurik?"

"Siap-siap lo di serbu mereka di DM lagi La, bakal dapet banyak hate komen lo. Yakin gue mah," ledek Karamel.

"Bodo amat. Gue gak perlu takut buat menolak hal yang gak gue sukain ke mereka." Vanilla melanjutkan, "Takut bilang enggak ke orang karena alasan 'gak enak' kadang jadi boomerang buat kita sendiri. Parahnya lagi, kita bisa kehilangan buat jadi diri sendiri. Nggak mau gue kaya gitu."

Gak enakan adalah pintu untuk kehilangan diri sendiri dan membuka kesempatan untuk di manfaatkan orang lain.

Slurp.

"Alhamdulillah.. Surga banget..," puji Vanilla setelah menandaskan minuman yang barusan ia rebut padahal belum di kasih izin yang punya. Sekarang tenggorokannya begitu adem. Bagai meminum air terjun madu di tengah padang pasir tandus yang matahari hanya berjarak sejengkal dari ubun-ubun.

"La--"

"Mel, tumben banget lo mesen cococola, lo kan gak suka soda?"

"Itu punya Kak Valda, La...,"

Brusssh.

Vanilla langsung menyembur ke kiri karena kaget. Karamel memundurkan sedikit punggungnya kemudian terlihatlah Valda yang duduk di sisi kirinya. Dan anehnya Vanilla tidak tahu sama sekali jika di sebelah Karamel ada Valda.

Vanilla mendadak kikuk. Jadi dari tadi dia yang ngadu-ngadu ke Karamel, oknum tersangka mendengar secara langsung? Good.

"Hai," sapa Valda melambaikan tangannya ke Vanilla sambil tersenyum.

MoonniteWhere stories live. Discover now