48. S k e n a r i o I n d a h

127 28 100
                                    

Hening merayap di sela-sela mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hening merayap di sela-sela mereka.

Bisingnya kendaraan di luar sana tidak mempengaruhi lamunan 2 anak adam ini yang terlihat lebih penting untuk saat ini.

Ralat, mungkin hanya Vanilla yang masih sibuk melamun semenjak keluar dari kafe hingga sekarang--duduk di kursi penumpang sebelah Valda--yang sedang menyetir dengan tatapan lurus ke depan dengan pikirannya yang berkemelut.

Vanilla kenapa? Kenapa masih sama? Pikirnya.

Valda sudah menceritakan apa yang ia tahu--cerita yang ia dapat dari ayah Vanilla sendiri-- tapi Vanilla tidak memiliki banyak perubahan-- walaupun tadi dia sempat lega bahwa ayahnya tidak sejahat seperti apa yang di klaim tante Balqis. Wajahnya masih terlihat dingin pun tatapannya masih tidak setenang biasanya. Vanilla memang suka memasang ekspresi seperti itu, tapi--sungguh--saat ini auranya beda seperti biasa.

Wajah dingin dan tatapan yang kosong itu benar-benar membuat Valda tidak bisa tenang dan kelimpungan sendiri dengan hati yang bergemuruh.

Terakhir mereka bicara pada saat Valda bertanya,

"Kenapa lo akhir-akhir ini ngindarin gue, La? setiap gue mau jemput lo, lo udah pergi, sabanhari gue mau nganterin lo tapi lo udah pulang duluan."

Diam sejenak sampai akhirnya Vanilla menjawab, "gue nggak ngehindarin lo, Val, gue cuma berproses untuk memahami."

"Lo benci gue, ya, La?" jujur, Valda sendiri takut akan jawaban apa yang akan di katakan Vanilla saat pertanyaannya terlontar.

"Gak sama sekali," sanggah Vanilla dengan cepat. Untunglah, Valda sedikit lega. "Gue cuma mau mencoba melindungi diri dan ikhlas sama apa yang terjadi."

Vanilla menjatuhkan retinanya pada dua obsidian milik Valda. "You know who i'am, Valda. Gue protect banget sama hati gue sendiri. Karena kalo hati gue udah bener-bener hancur, semuanya bakalan beda. Hambar. Mau sebaik dan sebagus apapun treat orang itu buat baikin gue lagi, gue udah gak peduli. Makanya, gue lebih milih ngasingin diri dulu dari lo, karena semakin lo selalu ada di sisi gue, gue semakin susah buat ngelupain apa yang terjadi malam itu."

Detak jantung Valda memburu. Segudang rasa bersalah meliputi benaknya saat ia sempat berburuk sangka dengan Vanilla.

Sial. Kenapa Valda tidak memikirkan kesana? Padahal sebelum ini Valda tahu bahwa Vanilla tidak pernah memeriksa DM dan Line-nya itu karena menjaga hatinya sendiri.

Valda memaki diri sendiri dalam hatinya.

Tidak lama kemudian, Range rover hitam itu berhenti di sebuah pagar besi warna cokelat tua yang terlihat kokoh. Ya, bahkan sampai di depan rumah Vanilla pun mereka masih memendam suara mereka masing-masing. Keduanya tenggelam begitu dalam, sampai lupa untuk menepi.

Sampai akhirnya--

"Val."
"La."

Panggil keduanya berbarengan.

MoonniteWhere stories live. Discover now