52. M a m a B a l q i s

159 32 136
                                    

Maaf telat update, krn sibuk lebaran, abis itu badan lgi kurang vit, minta doanya semoga aku maupun kita yg lgi sakit disehatkan kembali🙏🏻 aamiin

___

Dokter baru saja meninggalkan ruangan ini setelah ia dan para perawat lainnya memeriksa kondisi Valda yang sudah benar-benar sadar pasca koma. Jika kondisi Valda berkembang dengan cepat seperti ini terus, maka dalam seminggu ini Valda di perbolehkan pulang, Meski tentu ia harus check up setiap satu bulan sekali untuk tangannya yang patah, begitu kata pahlawan berjas putih itu saat sebelum mengucapkan kata pamit dengan Balqis.

Balqis kembali berdiri mendekat ke Valda. Tepatnya berpintangan dengan pundak kiri laki-laki itu yang terdapat sebuah arm sling yang menggantung di sana.

"Mau makan, A?" tanya Balqis dengan atensi yang lembut sembari membelai rambut anaknya ini penuh limpah kasih.

"Nanti aja, Ma," jawab Valda. Tubuhnya masih terasa begitu lemah, maka dari itu Valda masih malas dan tidak nafsu untuk makan. "Yang lain mana, ma?" tanyanya lirih dengan tatapan yang menanti ke pintu masuk kamar.

"Semua udah mama kabarin kok, tapi kamu tau sendirikan A, ini masih jam setengah 6 pagi, dan tadi malem mereka baru pulang jam 1 dinihari, mama maklumin mereka kalo masih tidur karena kecapean," jawab Balqis lembut dengan usapan lembut yang tak pernah berhenti, namun kali ini berpindah ke tangan Valda.

Balqis menarik kursi untuk duduk dan lebih dekat dengan Valda.

"Maafin Valda ya, Ma, udah buat mama begadang--"

"Valda." tiba-tiba Balqis memotong dengan airmukanya yang berubah.

Membuat Valda langsung bungkam dan menatap sang ibu dengan tegang.

Balqis menatap Valda dengan sorot mata yang sulit di tebak. Setelah terdiam beberapa menit, Balqis pun mengutarakan kalimatnya satu persatu. "Kamu gak perlu minta maaf. Yang harus dan wajib minta maaf itu mama."

Hening menyelimuti mereka. Sepi dan senyap itu mendekap ruangan ini membuat atmosfir yang melanda terasa berbeda. Hanya jam dinding dan tetes infus yang bekerja. Sisanya terdiam seakan kompak untuk mendukung keadaan saat ini.

Valda menatap mamanya dengan tatapan sayunya. Sementara Balqis menatap anaknya dengan sorot yang begitu dalam. Namun di balik itu, ada segenap kesalahan, kilatan penyesalan, dan mendungnya segelumul rasa yang ia simpan.

"Mama.. Mama minta maaf sama kamu.." lirihnya dengan hati yang merintih. Ini luar biasa sakit. Bahkan masih di kalimat awal, puluhan tetes air matanya sudah terjun bebas.

Balqis merasakan sesak di dadanya untuk kembali melanjutkan, "mama selama ini sudah membuat kamu tertekan, sengsara, dan gak pernah membuat kenangan manis sama sekali dari usia kamu tujuh tahun sampai sudah beranjak dewasa kaya gini...

"Mama sudah sia-siain kehadiran kamu. Padahal nyatanya cuma kamu orang yang selama ini paling tulus memperhatikan mama..."

Liquid bening itu juga meluncur tanpa izin melewat sudut mata Valda. Hatinya bergetar mendengar aksara yang keluar dari mulut sang ibu.

Balqis menggenggam erat jemari Valda nan dingin. "Maafin mama yang gak pernah sadar sudah sesabar apa kamu menghadapi sikap mama selama ini ... Maafin mama yang gak pernah lirik nilai kamu saat kamu memperlihatkan kertas hasil ujian kamu ... Maafin Mama yang selalu menyuruh bibi buat ambil raport kamu ... Maafin mama yang gak pernah rawat kamu waktu sakit ... Maafin mama yang gak pernah senyum saat kamu memamerkan piala dari kemanangan kamu ikut lomba ... Maafin mama yang membiarkan kamu sendiri waktu menghadiri perpisahan kelas 12 ... Maafin mama yang jarang ketemu kamu meski kita satu rum..ah ... Hikss.."

MoonniteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang