29 - Consent

3.2K 437 190
                                    

Tahun 851

Hembuan angin terasa menyegarkan. Suara deburan ombak dan kicauan burung menambah kenyamanan di tengah siang yang cukup terik. Bagusnya jam-jam ini adalah waktu untuk bersantai.

Tetapi tidak untuk kesembilan anggota Pasukan Pengintai.

Mereka yang semula berada di tepi laut dan bermain air dalam suasana menyenangkan seketika berubah menjadi sangat serius setelah suara seorang laki-laki menginterupsi.

"Aku ingin bicara dengan putri dari Johnny Mitchell. Bolehkah?"

Zeke Yeager berdiri tegap dengan dua tangan terkepal. Keringat dingin mengalir dari pelipis. Merasa gugup karena intimidasi dari seorang perempuan yang memiliki warna mata hijau zamrud. Juga atmosfer tidak menyenangkan yang tercipta dari ke-delapan orang yang lain.

Sebelum menjawab, Grace melirik Hanji dan Levi lebih dulu. Mengatakan secara tersirat kepada keduanya jika dia akan berbicara dengan Zeke.

"Ikut aku!"

Grace melangkah menuju dekat tebing. Sengaja memilih tempat yang agak jauh dari yang lain karena merasa jika hal yang ingin dibicarakan Zeke adalah sesuatu yang penting. Selain itu, sepertinya Zeke memang tidak ingin yang lain mendengar. Buktinya dia hanya mengajak Grace untuk bicara.

"Apa yang ingin kau bicarakan?"

Tak ada basa-basi. Grace langsung menanyakan tujuan Zeke.

Di depannya, Zeke terdiam. Sepasang mata abu-abu menatap ragu ke dalam manik zamrudnya. Laki-laki jangkung itu terlihat sedikit bingung.

Helaan napas Grace keluar. Diusapnya keringat yang mengalir di dahi singkat, "Apa kau tidak jadi bicara, adik?"

Zeke tertegun dengan dua mata membola. Terkejut dengan sebutan Grace yang ditujukan padanya.

"Tak perlu terkejut. Aku sudah tahu kau adalah adik sepupuku." ujar sang surai cokelat santai.

Tak kunjung mendapat jawaban atau pun penjelasan dari Zeke, Grace kembali melangkah. Kini dia berhenti tepat di pinggiran tebing dan bersandar. Kedua tangan bersedekap di depan dada. Iris zamrudnya masih terus menatap tajam Zeke.

"Aku ingin kita bekerja sama."

Satu kalimat yang diucapkan Zeke mengejutkan Grace. Terlalu tidak masuk akal dan tiba-tiba. Apa lagi, yang diucapkan adalah mengenai kerja sama. Rasanya sangat mustahil. Rasanya tidak akan mungkin dilakukan.

Sekujur tubuh mulai gemetar hebat. Seiring dengan kilatan memori yang berputar di kepala. Tentang rekan-rekan yang gugur dalam pertarungan melawan Beast Titan. Mike dan Nanaba yang dia tidak tahu bagaimana keadaan akhir mereka. Lalu, Erwin. Erwin yang menutup mata di depannya.

"Apa kau sedang bercanda?" tanya Grace dingin. Sorot tajamnya makin menjadi-jadi. Kebencian yang sejak tadi ditahan kini meluap tanpa bisa ditahan lagi.

Kepala pirang itu menggeleng, "Tidak. Aku serius. Aku ingin kita bekerja sama."

Bruk!

Tubuh besar Zeke menghantam pinggiran tebing begitu keras dan jatuh terduduk ke tanah. Pukulan Grace yang mengenai perutnya terlalu cepat dan kuat. Zeke tidak memiliki waktu untuk menghindar.

"Monyet gila! Bagaimana bisa... bagaimana bisa aku bekerja sama denganmu?! Kau adalah pembunuh teman-temanku!" Grace berteriak keras sambil menatap nanar Zeke yang terduduk tanpa ekspresi. Tangannya tak berhenti gemetar dan Grace mengepalkannya amat kuat untuk menghentikan gemetar yang dirasa.

"Aku tahu. Aku telah membunuh banyak orang. Tapi, jika kita bekerja sama, kita bisa menghentikan semua ini. Aku mohon, kakak!" Zeke berdiri lalu menundukkan kepala. Memohon dengan sungguh-sungguh pada Grace. Dia tidak mempedulikan darah yang terus mengalir kedua sudut bibirnya.

𝐂𝐋𝐀𝐑𝐈𝐓𝐘 ✦ ᴀᴛᴛᴀᴄᴋ ᴏɴ ᴛɪᴛᴀɴ ✔Where stories live. Discover now