08 - Dispute

5.2K 653 140
                                    

Regu Erwin duduk melingkar di meja bundar yang berada di dalam ruang Komandan. Mereka sedang membicarakan sebuah masalah yang timbul, tak lama setelah dinding Maria jatuh. Ya, Pasukan Pengintai dicap kurang sigap dalam bertindak saat membantu Pasukan Penjaga hingga menimbulkan korban yang sangat banyak. Akibatnya, anggaran yang diberikan untuk Pasukan Pengintai akan dikurangi.

Siapa yang memulai masalah ini? Tentu orang-orang yang tidak suka dengan Pasukan Pengintai, terutama Erwin.

Grace menyandarkan tubuhnya pada kursi dan menengadahkan kepalanya ke atas. Menutup mata sejenak, memikirkan mayat-mayat bergelimpangan di Shiganshina yang dilihatnya beberapa hari yang lalu. Perempuan berambut cokelat ini sama sekali tidak habis pikir kenapa orang-orang bodoh itu sempat mempermasalahkan uang anggaran disaat seperti ini.

"Mereka tidak bisa memotong anggaran untuk Pasukan kita karena alasan itu Erwin! Bagaimana pun kita langsung bergerak ketika mendapat kabar. Kita tiba di Shiganshina cukup lama karena jarak kita cukup jauh." Hanji mengucapkannya dengan menggebu.

Perempuan berkacamata itu benar-benar marah ketika mendengar berita pemangkasan anggaran dari Grace. Ya, karena itu akan berpengaruh pada proyek penelitian titan yang baru akan dimulainya.

"Para bangsawan sialan itu hanya mencari alasan untuk menikmati uang pajak lebih banyak. Benar-benar menyedihkan!" ujar Nanaba dengan sengit. Perempuan berambut pirang itu tampak muak setiap menyebut kata bangsawan.

"Aku tahu. Karena itu kita akan melakukan rapat besok." Erwin memandangi anggota regunya satu persatu.

"Rapat?" tanya Mike singkat. Laki-laki pengendus itu menegakkan duduknya setelah merasa percakapan mereka akan menjadi lebih menarik.

Erwin mengangguk, "Untuk memutuskan apakah pemangkasan anggaran akan dilakukan atau tidak." jawabnya.

"Hanya bersama militer atau dengan bangsawan juga?" Mike bertanya lagi.

Meski jarang mengungkapkan apa yang dirasakan, Grace tahu jika Mike sangat tidak menyukai kaum bangsawan yang rakus itu. Laki-laki itu selalu menatap tak suka kepada bangsawan ketika bertemu. Grace selalu melihatnya tanpa sengaja.

"Bangsawan juga. Mereka yang mempunyai uang, jadi keputusan mereka juga cukup berpengaruh," jawab Erwin.

"Tch! Babi-babi rakus itu harus diberi pelajaran agar tidak berbuat seenaknya!" Levi, dengan lidah tajamnya mengeluarkan kalimat kasar mengomentari bangsawan.

Grace juga tahu jika Levi sangat tidak menyukai mereka. Selama di underground entah berapa kali mereka bekerja untuk bangsawan yang sangat mencintai uang, karena itu lah Levi sangat muak menghadapi manusia yang penuh kerakusan akan harta seperti mereka.

"Kali ini aku setuju dengan perkataanmu, Levi!" tanggap Hanji dengan raut muka serius.

Mengejutkan. Ini pertama kalinya dua orang itu sepakat dan tidak beradu mulut ketika membahas sesuatu.

"Di mana rapatnya?" tanya Grace setelah menutup mulutnya rapat dari tadi. Perempuan berambut cokelat ini memangku dagu dengan tangan kanannya.

"Di sini,"

"HAH?"

Jawaban Erwin membuat semua orang di ruangan terkejut dan mengatakan 'hah'. Kecuali Levi dan Mike, tentu saja. Hanya para perempuan.

"Kenapa disini? Bukan kah harusnya di tempat rapat milik Jenderal?" tanya Nanaba kebingungan.

"Jenderal Darius yang memutuskan untuk melakukan rapat disini," jelas Erwin sebelum menyeruput teh di gelasnya.

Grace tersenyum tipis, "Sepertinya Jenderal sedang merencanakan sesuatu," ucapnya pada orang-orang di hadapannya.

Jenderal Darius yang sudah berusia lebih dari setengah abad itu memang selalu membuat keputusan-keputusan tak terduga yang membuat Grace berpikiran liar.

𝐂𝐋𝐀𝐑𝐈𝐓𝐘 ✦ ᴀᴛᴛᴀᴄᴋ ᴏɴ ᴛɪᴛᴀɴ ✔Where stories live. Discover now