39 - Freedom

2.7K 343 71
                                    

Jeritan menggema dari seluruh penjuru. Amat keras. Padahal, tempat di mana Grace berada sekarang sangatlah sepi. Tidak ada orang di sekitarnya. Namun, suara jeritan yang memilukan itu justru bertambah semakin keras seiring waktu.

Sudah berapa lama jeritan ini terdengar? Sepuluh menit? Dua puluh menit? Atau satu jam?

Seingat Grace, jeritan-jeritan yang menyayat hatinya ini muncul setelah dia merasakan sesuatu yang familiar di hatinya. Sensasi yang hanya dia rasakan ketika bersama Levi.

Apakah Levi ke sini? Jika iya, mengapa Grace tidak melihatnya sama sekali? Apa Eren yang mencegah mereka bertemu?

"Hentikan, Eren... kumohon..."

Tak ada tenaga yang tersisa. Grace tidak mampu lagi berteriak atau pun meraung agar Eren menghentikan semua tindakan. Satu-satunya hal tersisa yang bisa Grace lakukan hanyalah meminta dengan lirih.

Seiring bertambah kerasnya jeritan yang dia dengar, tenaga Grace semakin melemah. Perempuan berambut cokelat ini ambruk dan jatuh terduduk. Kakinya tidak kuat menopang tubuh lagi. Efek dari jeritan yang terus menerus dia dengar tidak bisa dia tolak sedikit pun.

Biasanya, sesakit apapun kondisi fisik atau hati, Grace akan tetap berdiri tegap. Tetapi, kali ini tidak bisa. Jeritan-jeritan yang didengar kali ini, seratus kali lebih menyeramkan dan menyayat hati. Melebihi apapun.

Pandangan mata zamrud-nya mulai kabur perlahan. Hamparan pasir yang luas seakan pergi terbawa angin begitu saja. Langit gelap penuh bintang pun terlihat seperti menguap di matanya. Semuanya kabur.

"Nona Grace!!!"

Tubuh Grace tersentak. Suara yang memanggil namanya membuat kesadaran yang nyaris sepenuhnya sirna kembali ada. Suara Armin.

Pelan, Grace mengangkat wajah. Meski masih kabur, dia bisa melihat jika Armin sedang berlari mendekatinya.

Bersama Zeke.

"Zeke?"

Tangan Grace terkepal. Sekuat tenaga mengembalikan sisa-sisa tenaga agar kesadarannya semakin terjaga.

'Aku tidak boleh pingsan! Jangan sekarang! Bangunlah, Grace!'

Suara langkah kaki yang saling bersahutan antara Armin dan Zeke terdengar semakin keras. Semakin mendekat pula pada posisi Grace. Langkah kaki yang berlari itu sedikit meredam suara jeritan yang terus didengar sejak tadi.

"Kakak?"

Grace berjengit. Sentuhan yang diterima pada punggung tangan membuat tubuhnya serasa tersengat listrik. Kesadaran yang mati-matian dijaga kini kembali didapatkan penuh.

"Apa yang terjadi padamu?"

Suara Grace tercekat. Tertahan di tenggorokan. Banyak kata yang ingin diucap, tetapi tak ada suara yang keluar sedikit pun.

"Nona, kita harus keluar dari sini!"

Mata Grace mengerjap. Tak paham dengan ucapan Armin.

Keluar? Memangnya ada jalan keluar dari sini?

Grace ingin tertawa mendengarnya. Namun, tentu tidak dilakukan karena untuk berbicara saja dia tidak bisa mengeluarkan suara. Selain itu, raut wajah Armin amat serius di matanya. Tanda jika sang pemuda pirang benar-benar serius dengan apa yang diucapkan mengenai keluar dari path.

"Jangan khawatir Kak Grace! Aku tahu bagaimana cara agar kalian bisa keluar,"

Tepat setelah ucapan Zeke yang menyatakan tahu bagaimana cara keluar, pohon besar yang dilihat Grace saat pertama kali datang ke sini sekali lagi nampak. Begitu kokoh dan besar. Memancarkan sinar yang menyilaukan mata.

𝐂𝐋𝐀𝐑𝐈𝐓𝐘 ✦ ᴀᴛᴛᴀᴄᴋ ᴏɴ ᴛɪᴛᴀɴ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang