22 - Coup D'etat

3.2K 431 42
                                    

"Maaf kami terlambat! Kau masih melakukannya?" Hanji berucap keras setelah membuka pintu ruang bawah tanah dengan kasar.

Grace dan Moblit yang berada di belakangnya hanya memandang malas perempuan berkacamata itu.

Mereka bertiga baru saja datang setelah menemui Erwin yang masih menjadi tahanan rumah Polisi Militer.

"Yah, aku masih pemula dalam hal ini," ujar Levi yang tengah memakai sarung tangan.

Grace mendengus, "Kau benar-benar ya," ujarnya setelah melihat penampilan Levi sekarang

Di dalam ruang bawah tanah yang hanya diterangi satu lilin, terlihat Levi menggunakan celemek untuk menutupi pakaiannya. Lengkap dengan sarung tangan besar yang baru saja dia pakai.

Lalu, ada Djel Sannes. Pemimpin dari regu Interior Pertama Polisi Militer yang duduk dalam posisi terikat dan mulut tertutup kain.

Atas bantuan dari Dimo Reeves dan anaknya yang bernama Flegel Reeves, regu Levi berhasil membawa Sannes dan rekannya yang bernama Ralph ke rumah hunian mereka yang berada di hutan dan menangkapnya.

Bicara tentang Dimo Reeves, laki-laki itu terlibat dalam penculikan Armin dan Jean yang menyamar menjadi Historia dan Eren di Distrik Trost. Dia bilang Polisi Militer telah mengancam dan menjarah barang perusahaannya sehingga dia terpaksa menurut dan melakukan penculikan itu.

Armin dan Jean memang berhasil diselamatkan. Tapi, Historia dan Eren yang asli telah tertangkap oleh pasukan Polisi Militer tak biasa yang dikatakan Grace malam sebelumnya. Pasukan yang sama dengan yang mencoba membunuhnya. Pimpinan dari pasukan itu adalah Kenny.

Regu Levi dan Pasukan Kenny terlibat pertempuran yang cukup sengit di kota. Nifa, dua anggota regu Hanji, dan satu prajurit yang membawa gerobak dimana Eren dan Historia dibawa telah terbunuh.

Anak-anak 104 terlihat begitu frustasi setelah melewati misi ini. Mereka berlima duduk di ruang atas dengan wajah yang sangat murung. Grace melihatnya ketika dia, Hanji, dan Moblit sampai di sini tadi.

"Sannes! Kau pasti tahu jika aku ini juga pemula dalam menyiksa manusia. Jadi, bersabarlah!" ujar Hanji keras dengan nada marah. Perempuan berkacamata ini bergerak maju dan mengambil tang lalu mengacungkannya di depan wajah Sannes.

Grace ikut mendekati Sannes dengan seringai kecil, "Berbeda dengan mereka berdua, aku ini cukup ahli. Bagaimana menurutmu, Sannes-san? Kau ingin mulai disiksa dari mana?"

"Tunggu! Apa mau kalian?! Mana ada yang menyiksa tanpa interogasi sama sekali?!" jerit ketakutan Sannes teredam oleh kain yang menutup mulutnya namun masih bisa terdengar.

"Oh, benar juga. Kami memang punya beberapa pertanyaan untukmu. Dimana Eren dan Historia? Kenapa kau mengincar Historia? Siapa itu keluarga Reiss?" tanya Levi bertubi-tubi dengan tatapan tajam.

"Lamban! Kau tidak tahu ya kalau kami sedang terburu-buru?!" bentak Hanji tak sabaran.

Mata Sannes bertemu dengan mata zamrud Grace. Terlihat sangat ketakutan. Melihat itu seringai Grace semakin lebar. Tangan kanannya terjulur membuka kain yang menyumpal mulut, lalu melayangkan tinjuan kuat ke wajah Sannes, membuat satu gigi terlepas, "Jawablah atau aku akan menghajarmu!"

Sannes tetap diam. Menutup mulutnya serapat mungkin meski sedang sangat ketakutan.

Pukulan Grace kembali menghujani wajah Sannes. Membuat matanya membiru dan bengkak juga membuat beberapa gigi lagi terlepas.

"Grace!" Levi menahan tangannya.

Grace lalu menghela napas pelan, "Hanji! Cabut kukunya sebanyak yang kau inginkan!" ucapnya sambil menggeser posisinya ke samping, memberi ruang untuk Hanji.

𝐂𝐋𝐀𝐑𝐈𝐓𝐘 ✦ ᴀᴛᴛᴀᴄᴋ ᴏɴ ᴛɪᴛᴀɴ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang