40 - The World

5.1K 411 155
                                    

Tahun 857

Tiga tahun berlalu sejak peristiwa mengerikan yang nyaris memusnahkan umat manusia terjadi. Dunia menjadi tempat yang lebih baik, begitu anggapan sebagian orang. Perdamaian yang diimpikan sejak lama secara perlahan mulai diwujudkan. Peperangan berkurang, nyaris tidak ada lagi setelah banyak negara melakukan konferensi perdamaian.

"Apa yang kau pikirkan?"

Grace yang berdiri menghadap jendela menoleh. Suara Levi yang terdengar dekat mengejutkan dirinya yang tenggelam dalam lamunan. Senyum tipis lalu dia sunggingkan pada sang Ackerman.

"Tidak ada. Hanya memandang awan saja," jawabnya dibumbui sedikit kebohongan.

Ya, sebenarnya ada sesuatu yang dipikirkannya sembari memandangi gumpalan awan putih di langit biru. Banyak. Tetapi, dia tak ingin membuat Levi ikut kepikiran.

"Bagaimana kakimu? Semakin membaik?" Grace bertanya usai Levi berdiri tepat di samping kanan. Turut melakukan kegiatan memandangi awan.

"Hm. Mungkin seminggu lagi aku sudah tidak memerlukan tongkat." jawab Levi. Mata tajamnya melirik tongkat kayunya yang berada dalam genggaman tangan kanan.

Selama tiga tahun ini Levi mendapat perawatan dari dokter di Marley, tepatnya di kota Liberio. Jemari yang putus dan mata kanan yang terluka memang tak bisa disembuhkan lagi. Tapi, setidaknya untuk kedua kaki masih ada kesempatan untuk bisa sembuh.

Meski membutuhkan waktu yang sangat lama sampai tiga tahun, tetapi itu tidaklah sia-sia. Sebentar lagi lelaki undercut itu akan bisa berjalan normal seperti dulu.

"Bocah-bocah itu... sudah sampai belum, ya?"

Sekali lagi Grace menoleh. Sedikit tertawa kecil mendengar Levi mengucapkan bocah-bocah.

"Mereka bukan bocah lagi, bodoh!" ucapnya sambil memukul lengan kiri Levi sedikit keras.

Wajah yang selalu menampilkan ekspresi datar itu kini menunjukkan sedikit senyum. Pandangan yang tajam pun meneduh.

"Benarkah? Di mataku mereka masih terlihat sama seperti dulu," jawab Levi. Tangannya terjulur mengusap-usap puncak kepala Grace. Menyebabkan helaian cokelat yang tersisir rapi menjadi berantakan.

"Hentikan! Kau membuat rambutku berantakan!" tegur Grace. Tangannya menarik tangan Levi yang berada di kepalanya agar menjauh tetapi dia agak kesulitan.

Levi Ackerman, lelaki yang hampir berusia 40 tahun, meski tidak berada dalam kondisi terbaiknya tetap saja tenaga yang dipunya sangat mengerikan.

Omong-omong tentang para bocah yang dimaksud Levi, mereka adalah Armin dan yang lain. Rombongan anak muda itu berlayar menggunakan kapal menuju Pulau Paradis.

Setelah tiga tahun berlalu, Armin dan yang lain akhirnya memutuskan untuk pulang ke tempat asal. Sekaligus ingin menyelesaikan masalah di sana.

Tak seperti mereka, Grace dan Levi memilih untuk tetap berada di Liberio. Masih ingin beristirahat usai menjalani hari-hari penuh peperangan selama bertahun-tahun selama di Pasukan Pengintai. Dua orang veteran ini menyerahkan urusan di Paradis pada generasi muda Pasukan Pengintai yang dipimpin Armin.

Tentu sebelum mereka pergi, Grace dan Levi telah memberi beberapa wejangan lebih dulu untuk menghadapi masalah di sana.

"Di mana Eric?" tanya Levi usai berhenti mengacak rambut Grace.

"Di rumah Falco," jawab Grace singkat.

Mereka berdua lalu terdiam. Sibuk melihat keramaian kota Liberio dari jendela di lantai 2. Sesekali juga akan kembali memandangi awan jika sudah bosan dengan lautan manusia dan keramaian di bawah.

𝐂𝐋𝐀𝐑𝐈𝐓𝐘 ✦ ᴀᴛᴛᴀᴄᴋ ᴏɴ ᴛɪᴛᴀɴ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang