32 - Letter

2.6K 388 165
                                    

Tahun 854

Markas Pasukan Pengintai selalu terasa sama. Meski orang-orang yang berada di sana sudah berbeda, suasana yang ada tidak pernah berubah.

Banyak kadet-kadet baru bergabung dengan Pasukan Pengintai. Setiap tahunnya setelah tahun 850 jumlahnya selalu meningkat. Membuktikan jika reputasi pasukan militer dengan lambang sayap kebebasan ini sangat bagus.

"Untukmu,"

Grace, yang sedari tadi memandang puluhan prajurit baru menoleh, dan mendapati Levi sedang menyodorkan sebuah apel.

"Terima kasih," ucapnya sambil mengambil apel berwarna merah segar yang sangat menggiurkan.

Fokus Grace kembali pada puluhan prajurit baru yang sedang berbaris. Di depan mereka, Hanji bersama para anggota senior berdiri tegap. Memberikan beberapa patah kata yang membangkitkan semangat.

Pengecualian untuk Levi karena laki-laki bermata tajam itu sedang berada di atap bersama Grace.

"Levi?"

"Apa?"

Digigitnya apel yang dipegang, "Kenapa kau ada di sini? Harusnya kau menunjukkan wajahmu kepada prajurit baru, kan?" tanya Grace sembari mengunyah apel yang telah digigit.

"Malas."

Grace mendelik. Levi di sebelahnya nampak santai sekali, tidak terlihat merasa bersalah sedikit pun karena tidak menghadiri acara penerimaan prajurit baru.

"Aku akan menyuruh Hanji menghukummu," ucap Grace sambil tersenyum evil. Puluhan ide seketika muncul di otaknya. Ide yang akan disarankan pada Hanji untuk menghukum Levi.

"Kenapa tidak kau saja yang menghukumku, Jenderal?" tanya Levi setelah menatap manik zamrud Grace. Seringai tipis terbentuk sempurna di wajah.

Melihat tingkah Levi, Grace mendengus. Sudah tahu jika laki-laki undercut itu sedang menggodanya.

"Malas."

Maka, dia pun memberi jawaban yang serupa dengan Levi tadi. Agar Levi menjadi kesal dan mengurungkan niat untuk mengganggunya di siang hari yang panas ini.

Satu tangan Levi bergerak. Mendekat ke wajah Grace.

Mengira Levi akan memberi sentilan kuat di hidung atau mencubit kuat salah satu pipi, Grace menutup mata rapat-rapat. Namun, ternyata Levi tidak melakukan itu.

Perlahan Grace membuka matanya lagi. Telapak tangan Levi menjadi hal pertama yang dia lihat.

"Ah!"

Grace memekik. Merasa sedikit kaget karena Levi tiba-tiba memukul kepalanya cukup kuat.

"Sakit!" ucap sang surai cokelat. Ekspresi wajahnya menjadi masam.

"Benarkah? Padahal aku tak memakai banyak tenaga." Levi menanggapi. Seperti biasa dengan nada bicara yang tajam dan menusuk khasnya itu.

Bug!

Tinjuan yang dilayangkan Grace berhasil ditangkap Levi. Tepat sebelum mengenai perut.

Tak habis akal, Grace mendorong tangan yang ditahan Levi kuat-kuat hingga sang laki-laki undercut terdorong ke belakang. Ingin melayangkan tinju lagi dengan tangan yang satunya, tetapi urung dilakukan karena apel yang tadi masih dipegang.

"Sudah lama kita tidak berkelahi. Apa kau mau melakukannya satu ronde?" tanya Grace menantang. Apel yang sempat diabaikan kembali digigit.

Levi menghela napas, "Untuk apa? Sudah jelas kau akan kalah." jawabnya dibumbui sedikit ejekan.

𝐂𝐋𝐀𝐑𝐈𝐓𝐘 ✦ ᴀᴛᴛᴀᴄᴋ ᴏɴ ᴛɪᴛᴀɴ ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt