14 - Ilse Notes

4.2K 552 26
                                    

Tahun 850

"30 detik sebelum kita berangkat! Semuanya bersiap!"

Perkataan Erwin menarik seluruh perhatian Pasukan Pengintai yang sedang berbaris. Hari ini mereka akan melakukan ekspedisi lagi. Posisi mereka sekarang tepat berada di depan gerbang dinding Rose.

Seperti yang telah mereka lihat sejak Erwin menjadi Komandan, para masyarakat menatap mereka penuh harap. Hal itu membuat prajurit Pasukan Pengintai lebih bersemangat untuk melakukan ekspedisi.

"Aduh, membosankan~"

Grace mendengus. Hanji mulai berulah memecah kesunyian diantara orang-orang pendiam yang berbaris di dekatnya. Mereka berbaris di belakang Erwin sang Komandan. Dari kiri ke kanan adalah Levi, Grace, Hanji, dan Mike. Nanaba tidak mengikuti ekspedisi kali ini karena kondisi tubuhnya tidak memungkinkan akibat terluka saat melawan titan beberapa waktu yang lalu.

"Hei, Levi!" Hanji memutar sedikit tubuhnya untuk melihat Levi yang berada di samping Grace.

"Tidak!" jawab Levi seketika dengan datar.

"Aku bahkan belum mengatakan apa-apa," gumam Hanji dengan raut muka yang sedikit kecewa.

"Aku tidak ikut dalam rencanamu yang merepotkan itu." Ujar Levi lagi dengan malas.

Ya, seperti sebelum-sebelumnya, Hanji berencana untuk menangkap titan hidup-hidup. Padahal persyaratan yang diberikan Grace belum bisa dipenuhinya, yaitu untuk membuat alat penangkap yang tidak menimbulkan banyak nyawa melayang.

Hanji kini beralih menatap Mike, "Kalau kau bagaimana, Mike? Mau ikut?" tanyanya.

Mike tidak menjawab dan membuang muka acuh. Laki-laki bertubuh besar itu tidak pernah suka terlibat dengan hal-hal merepotkan yang Hanji buat.

Hanji menghela napas dibuatnya, "Seperti biasa, para lelaki membosankan dengan jawaban yang membosankan,"

Kini perempuan berkacamata itu beralih menatap Grace dengan mata berbinar dan kedua tangan yang saling mengait.

"Tidak," sama seperti Levi, Grace langsung menolak sebelum Hanji mengatakan kemauannya.

Hanji memasang wajah memelas, "Kumohon Grace!"

Melihat sahabatnya itu terus memasang wajah memelas bak anak kecil yang baru saja dinakali temannya, Grace tersenyum tipis, "Kau tahu apa persyaratan yang ku ajukan Hanji,"

Setelah itu Hanji benar-benar diam. Dia tidak akan bisa membujuk Grace untuk membantu rencananya jika persyaratan tentang alat penangkap itu belum terpenuhi.

Pintu gerbang akhirnya dibuka. Para prajurit menjadi benar-benar diam, menunggu aba-aba yang akan diberikan oleh Komandan mereka dari depan.

"Ekspedisi besar yang ke-49 dimulai! Maju!"

Suara ringkikan kuda terdengar bersahut-sahutan setelah itu. Erwin memimpin pasukannya dan memacu kudanya paling depan. Barisan Pasukan Pengintai mengikutinya dengan rapi dan teratur. Mereka memacu kuda dalam kecepatan yang ditentukan Erwin.

"Yahuu~"

Grace menghela napas. Hanji memacu kudanya mendahului Erwin. Perempuan berkacamata itu belum menyerah dengan rencananya untuk menangkap titan hidup-hidup. Benar-benar sangat keras kepala.

"Hanji!" Erwin berteriak memanggil Hanji, namun perempuan berambut ponytail itu tak menjawab. Dia justru menambah kecepatan kudanya.

Semakin lama jarak yang tercipta antara pasukan dengan Hanji semakin jauh. Erwin akhirnya memutuskan untuk menambah kecepatan agar bisa mengejar Hanji.

𝐂𝐋𝐀𝐑𝐈𝐓𝐘 ✦ ᴀᴛᴛᴀᴄᴋ ᴏɴ ᴛɪᴛᴀɴ ✔Where stories live. Discover now