Know

3.5K 180 0
                                    

Jam makan siang tiba, Adara selesai dengan pekerjaan pertamanya.

"Lebih baik kuantar dulu, baru aku makan siang." Ucap Adara menyahut berkasnya dan pergi ke ruangan Dean.

Ia mengetuk pintu pelan. "Permisi..." "Masuk..." Ucap Dean.

Adara masuk membawa pekerjaannya. "Biar saya lihat..." Ucap Dean.

Ia membuka satu persatu berkas disana. Sementara, Adara sudah keringat dingin. Khawatir jika ada yang salah.

"Bagus. Cepat dan tepat... Nanti siang temani saya meeting. Siapkan alat untuk notulen."

Adara terkejut, "S-saya pak? Tapi saya tidak paham mengenai..."

"Ada materi meeting, kau bisa tahu apa tujuan kita nanti dan berhenti memanggilku pak!" Sahut Dean.

"M-maaf... Jam berapa, tuan?" Tanya Adara. Dean melempar sebuah map ke meja.

"Itu jadwal rapat saya selama satu minggu ini. Setelah ini, kau yang harus memberitahuku jadwalnya. Klien-ku akan menghubungimu. Mengerti?" Tanya Dean.

Adara mengangguk, "Siap, tuan." "Satu lagi... Ini materi untuk nanti. Kuharap kau cepat belajar."

Adara menyahut map dan berkas itu cepat. "B-baik, tuan. Saya permisi..." Ucap Adara undur diri menjauh dari sana.

Tak lama, pintu kembali terbuka. "Mau makan siang?" tanya Jonathan muncul.

"Aku bawa bekal." "Perhatian sekali istrimu, sejak kapan dia bisa memasak?" Tanya Jonathan.

"Pelayanku yang membuatnya." Jonathan bungkam.

"Maaf..." "Tak masalah." Ucap Dean membolak-balik berkasnya.

"Berkasku... Kau sudah selesai?" "Bagaimana kau bisa menagihnya? Adara bilang kau mau menunggu sampai aku sempat." Ucap Dean.

"Kau seperti tidak tahu aku saja..." "Sudah kuduga..." Ucap Dean.

"Aku akan menyelesaikannya besok malam." "Baiklah..." jawab Jonathan pasrah.

"Pergilah makan siang! Kau menggangguku..." "Dasar pemarah..." Ucap Jonathan.

"Aku bawa bekal dan kau tidak... Kau harus beli makananmu sendiri." Ucap Dean.

"Aku diet." "Dasar pembohong. Aku tahu kau hanya memintaku menemanimu makan." Umpat Dean.

"Kau mengenalku dengan baik. Ayolah..." ucap Jonathan.

Dean mengalah. "Kau harus bertanggung jawab jika aku tak bisa menyelesaikan pekerjaanku."

Jonathan tertawa dan berjalan mengikuti Dean yang sudah menenteng paperbag berisi bekalnya.

Sementara itu, Adara memakan makanannya lahap sambil membaca materi yang diberikan Dean tadi. "Lapar nona?"

"Diam." Ucap Adara. Keisha tertawa.

"Sebenarnya kau bekerja di bagian apa?" Tanya Vita, teman Adara yang lain.

"Sekretaris." "APA?!" Adara menghela nafas.

"Bagaimana bisa?" Tanya Keisha. "Mana aku tahu?" Tanya Adara.

"Tapi kau beruntung bisa dekat dengan tuan Dean. Dia tampan sekali." Ucap Vita.

"Makan itu tampan, yang ada aku hanya bicara pada patung. Ekspresinya sama sekali membuatku paham..." Eluh Adara.

"Terlihat dari wajahnya..." Komentar Keisha.

Adara diam, memakan makanannya lagi. Tak lama, "Panjang umur..." Ucap Vita.

Beauty And The BossWhere stories live. Discover now