Stranger

1.1K 54 0
                                    

Malam itu, seorang gadis kecil nampak duduk di taman di tengah kompleks.

Gadis itu menggunakan kacamata, badannya tidak terlalu tinggi, kulitnya putih. Terlihat lucu dan menggemaskan.

Ia diam menatap sekitar. Rumah-rumah besar banyak didirikan disini.

Wajar saja, ini kompleks perumahan para rakyat dengan ekonomi tinggi.

"Thalia..." Panggil seseorang membuat gadis kecil itu menoleh.

"Edward..."

Gadis itu berlari mendekat.

"Maaf, apa aku membuatmu menunggu lama?" Tanya Edward.

Gadis kecil itu menggeleng dengan senyumnya yang manis.

"Tidak, jika lama pasti aku sudah marah-marah padamu." Ucap gadis itu.

Edward tertawa pelan.

"Ada apa mengajakku kesini?" Tanya gadis bernama Thalia itu menatap Edward.

"Aku ingin mengatakan sesuatu..." Ucap Edward.

Thalia mengangguk. "Katakan saja." Ucap Thalia

"Aku ingin pamit." Thalia mendadak hilang akal. Apa yang baru saja ia dengar?

"Apa?" Tanya Thalia.

"Aku akan jadi donor jantung untuk Dean..." Ucap Edward tersenyum.

Thalia melongo. "Jika aku punya kesalahan, aku minta maaf." Ucap Edward masih tersenyum.

"Kenapa..." Tanya Thalia.

"Thalia... Aku tahu ini mendadak. Bahkan aku tidak menyangka jika aku bisa melakukan hal seperti ini..." Ucap Edward.

"Kau bisa mati jika melakukan itu!?" Teriak Thalia.

"Aku tak bisa melihat adikku mati begitu saja." Ucap Edward.

"Dean punya banyak mimpi yang belum ia capai, tapi aku sudah mendapatkan banyak hal. Tidak adil untukku jika aku membiarkan adikku mati tanpa bisa mewujudkan semua impiannya..."

"Kau tak boleh seperti ini, Edward! Bagaimana denganmu!?" Panik Thalia.

Edward tersenyum. "Aku akan baik-baik saja. Aku tak punya banyak mimpi..." Ucap Edward.

Thalia terdiam. "Bisakah kau menjaga ini untukku..."

Edward memberikan kalung dengan liontin kristal biru pada Thalia.

"... Aku membelinya dengan uang tabunganku. Ini hadiah terbaik yang bisa kuberikan padamu." Ucap Edward meraih tangan Thalia dan meletakkan kalung itu disana.

"Edward..."

"Kau sahabatku yang terbaik, aku mencintaimu lebih dari apapun. Percayalah, ini yang terbaik untukku dan Dean. Kau akan mengerti, bukan?" Tanya Edward.

Thalia menggeleng. "Aku takkan membiarkanmu mati, Edward!?"

"Apa kau ingin melihatku kehilangan Dean?"

"Apa kau ingin Dean kehilanganmu!?" Debat Thalia.

"Dean memiliki jantungku, dan aku akan selalu bersamanya." Ucap Edward.

Edward memeluk Thalia erat. "Tolong, jaga Dean untukku."

Hari berikutnya, Thalia harus menerima kenyataan bahwa Edward benar-benar memilih mati untuk Dean.

Hatinya sakit.

Edward satu-satunya yang bisa memahaminya, mau jadi temannya, dan bersedia mendengar semua ceritanya.

Beauty And The BossWhere stories live. Discover now