Marriage

1.6K 48 0
                                    

Dean diam di kamar menatap keluar balkon. Besok.

"Besok..." Ucapnya tersenyum.

Seusai makan siang beberapa waktu lalu. Ia memilih bicara dengan ayahnya.

"Pa..."

Ayahnya diam melirik. "Aku ingin bicara."

"Bicaralah." Ucap ayah Dean.

"Aku sudah menepati janjiku untuk mengembalikan uang itu, bukan?" Tanya Dean.

Ayah Dean berdeham. "Lalu?"

"Aku menuntut janjimu, Papa." Ucap Dean.

Ayah Dean diam.

"Pa..."

"Kenapa harus aku?" Tanya ayah Dean.

"Tentu saja, memang aku harus memohon pada siapa? Kukira tak perlu pada mama, karena mama pasti sudah menyetujuinya." Ucap Dean.

Ayah Dean masih diam, ia menyeruput sedikit kopinya di meja.

"Bagaimana?" Tanya Dean.

"Menikahlah dan biarkan aku tenang. Jangan memohon-mohon padaku. Aku muak." Ucap ayah Dean.

Dean terdiam. Matanya berbinar tak percaya. "Kau sungguhan?"

"Aku sudah tua, Dean. Aku malas berurusan denganmu lagi... Aku juga butuh keturunan." Ucap ayah Dean.

Dean mendekat berlutut di depan ayahnya. "Papa bisa kupercaya, bukan? Kau janji takkan mengacau?" Tanya Dean.

Ayah Dean menggeleng. "Asal kau tidak menggangguku dengan bersikap seperti sekarang... Aku takkan berurusan denganmu."

Dean tersenyum.

Hati itu, untuk pertama kalinya ia kembali bisa dekat dengan ayahnya tanpa ada Edward yang memintanya.

Dan besok...

"We will getting married..."

---

Adara diam di kamarnya. Ia sesekali menatap kearah cermin.

"Adara..."

Ibunya mendadak muncul di pintu. "Ma..."

Adara bangkit menyambut ibunya.

"Sedang apa?" Tanya ibunya.

Adara menggeleng. "Tidak sedang apa-apa..." Ucap Adara.

"Segeralah tidur. Besok hari pernikahanmu, bukan kah kau harus fresh besok?" Tanya ibunya.

Adara mengangguk.

"Sebentar lagi..."

"Anak mama sudah besar..." Ucap ibunya tiba-tiba.

Adara terdiam menatap ibunya yang kini duduk di pinggir ranjang dengan foto ditangannya.

Fotonya saat masih kecil.

"Mama padahal masih ingat saat kau belajar bicara. Celemotan tak karuan dan bahkan hampir menghancurkan barang di rumah."

Adara terdiam, ia duduk di dekat ibunya.

"Dan tiba-tiba, seorang laki-laki datang padaku untuk memintamu menjadi istrinya... Ahahha..." Tawa ibunya membuat Adara menunduk.

"Ma..."

"Kau seharusnya bahagia sekarang. Tak ada lagi yang perlu kau khawatirkan. Laki-laki itu pasti akan menjagamu dengan seluruh nyawanya." Ucap Ibu Adara.

Adara tak sadar meneteskan air matanya.

"Ma..."

Ibu Adara menoleh, menatap putrinya yang menunduk dengan tangan terkepal diatas pahanya.

Beauty And The BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang