Change

933 61 0
                                    

Adara diam dikamar. Pintu kamarnya diketuk.

"Masuk." Ucap Adara.

Ibunya muncul disana.

"Kenapa ma..." Ucap Adara.

Ibu Adara hanya tersenyum, "Memangnya kenapa kalau mama ke kamar untuk melihatmu saja?"

"Jika Dean yang meminta, mama tunggu di luar saja..." 

Ibu Adara hanya menghela nafas. "Sebenarnya apa masalahmu gadis kecil?" tanyanya.

"Harusnya Dean tak main-main soal Edward seperti kemarin, ma..."

"Kau ini sebenarnya menyukai Dean atau Edward?"

Adara bungkam. Bukan itu...

"Aku tahu, kau masih belum terbiasa, apalagi selama ini kau mencari sosok Edward. Tapi bisakah kau memahami posisi Dean yang banyak disalahkan orang, bahkan dirinya sendiri jua menyalahkannya karena kematian Edward."

Adara tahu itu...

"Tapi seharusnya Dean tidak bertingkah seakan ia benci kehidupannya." Ucap Adara pelan.

Ibu Adara hanya menghela nafas. "Mama keluar dulu ya..." ucap ibu Adara.

Terlalu cepat, semua terlalu membuat Adara terkejut. Kematian Edward, keberadaan Dean, bahkan kematian ayahnya.

Adara membanting tubuhnya ke ranjang, menutup wajahnya dengan bantal. Ia harus tidur.

"Kenapa serumit ini, Tuhan!!!" umpatnya dalam hati.

--- 

Dean melangkah malas, ia masuk ke ruang pertemuan. Thalia duduk disana.

"Tinggalkan kami berdua..." ucap Dean.

Beberapa petugas keluar dari sana.

"Maaf, Thalia..." ucapDean.

"Untuk apa?" tanya Thalia.

"Aku tak menginginkan apapun selain mengenai ayah Adara dan Edward." Ucap Dean.

"Kau sudah dengar semua, apa itu kurang? Aku hanya balas dendam..."

"Jadi setelah keluar dari penjara, kau akan mencelakaiku?" tanya Dean.

"Tentu, dengan senang hati jika kau menawarkan diri." Ucap Thalia tersenyum.

Dean menghela nafas.

"Baiklah. Aku ingin kau mendengarkan sesuatu tentang Adara." Ucap Dean.

Thalia diam tak bergeming.

"Adara menunggu Edward bertahun-tahun, tanpa tahu jika Edward sudah pergi. Dia harus kehilangan ayahnya tanpa tahu apa salahnya dan kenapa kau harus membunuhnya bahkan Adara belum bertemu denganku saat itu. Dalam hatinya mungkin terselip kata kenapa dan kenapa sekarang."

Thalia nampak acuh. "Kenapa?" tanya Dean.

"Laki-laki tua itu yang membantumu agar tak bunuh diri, bukan?" tanya Thalia.

Dean diam. "Itu tujuanku." Ucap Thalia.

"Kenapa aku menyerang Adara? Karena gadis itu hidupmu berangsur baik. Itu adalah hal yang paling tidak kuinginkan."

Dean terdiam.

"Jika saja ayahnya tak ikut campur dan membiarkanmu bunuh diri, Edward pasti masih baik-baik saja sekarang."

"Kau tahu aku akan bunuh diri?" Tanya Dean.

"Aku tak sengaja lewat."

"Kenapa kau tak melarangku saat itu, kau tentu belum tahu jika aku sakit dan akan berakhir seperti sekarang?" Tanya Dean.

Beauty And The BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang