Risa

1.8K 93 0
                                    

Risa terduduk diam di tengah taman. Ia harus menunggu seseorang.

Sesekali ia melamun, pagi itu moodnya sedikit berantakan. "Risa?" Gadis itu menoleh mendapati seseorang mendekat.

"Kenapa?" Tanya Gio.

Risa menggeleng. "Tidak." Ucapnya.

Yang terngiang di otaknya adalah mengenai perjodohannya dengan seorang anak teman ayahnya.

"Apa kau yakin baik-baik saja?" Tanya Gio.

Risa tersenyum mengangguk. "Tentu." Lelaki itu mengangguk.

Gadis itu seharusnya segera menceritakan semuanya. Besok. Ia mungkin bisa lebih siap. "Oh iya, Gio..."

Gio menoleh menatap Risa. "Nanti malam au ada pertemuan keluarga. Misal aku tak membalas chatmu aku minta maaf." Ucap Risa.

Gio tersenyum, "Iya. Aku mengerti." Ucapnya mengusap puncak kepala Risa.

Risa terdiam. Bagaimana ia menceritakan semuanya?

Malam tiba, malam pertama baginya untuk bertemu dengan calon suaminya. "Risa..."

"Iya ma?" "Kau tak apa? Seharian kau terus melamun."

Risa terdiam. "Ada masalah?" Tanya ibunya.

Risa bungkam. Ia tak ingin menceritakan apapun. "Aku baik-baik saja." Ucapnya.

Tak lama, beberapa orang mendekat. Risa menatap seorang lelaki muda yang sama murungnya dengan dia seharian ini.

"Risa... Kenalkan ini anak tante, Dean." Risa mengangguk saat wanita itu memperkenalkan anaknya. "... Dia yang akan jadi suamimu."

Risa diam. "Risa..." Ucapnya mengulurkan tangan. Lelaki itu sempat diam sebelum akhirnya, ibunya menyenggolnya.

"Dean." Ucapnya pelan. Semenjak makan malam itu, Risa sering beberapa kali keluar di temani Dean karena permintaan masing-masing orang tua mereka.

Risa sedikit waspada, takut Gio memergokinya. Apalagi ia belum menceritakan semuanya.

Tapi, cerita beralur beda. Tidak sesuai dengan yang ia inginkan. Ia tak sengaja bertemu Gio di supermarket.

"Risa? Sedang apa disini?" Tanya Gio. Risa keringat dingin. Ia mulai panik.

"Aahh... Itu... Aku..." "Ada apa?" Tanya Dean mendadak muncul.

"Ini siapa?" Tanya Gio. Risa makin terdiam. "Aku calon suaminya." Ucap Dean cepat.

Hancur sudah semuanya... "Suami?" Gio menatap nyalang kearah Risa yang sudah menunduk.

"Dean... Bisa aku bicara dengannya sebentar? Tunggu di mobil." Ucap Risa.

Dean hanya mengangguk lantas pergi dari sana. "Gio... Aku bisa jelaskan..." "Apa maksudmu?" Tanya Gio.

"Gio... Aku hanya di..." "Seharusnya kau mengatakannya dari awal..."

Risa menelan ludah. "Aku belum ada keberanian untuk itu. Tolong dengarkan aku..."

"Aku berusaha melakukan yang terbaik untukmu. Kenapa kau melakukan ini?"

Risa mematung. Ini salahnya. Semua salahnya. "Maafkan aku..."

Gio terdiam. "Aku harus pergi." Ucap Gio melangkah menjauh. Risa ingin berusaha menahannya tapi itu akan percuma.

Satu minggu berlalu, Gio tak lagi menghubungi Risa sama sekali. Gadis itu khawatir. "Apa dia baik-baik saja?"

Risa menyahut tasnya. Ia harus melihat keadaan Gio sendiri. Apartement nya tak jauh.

Risa tiba dan berjalan secepatnya. Ia menekan bel berkali-kali, tapi tak ada jawaban.

"Aku terpaksa..." Ucapnya menekan tombol pin yang ada disana.

Saat pintu terbuka, keadaan apartement gelap. "Kemana Gio..." Petugas apartement bilang bahwa Gio baru saja pulang.

"Gio!?" Panggil nya. Tak lama, seseorang membekapnya dari belakang.

Risa yang panik meronta sekuat tenaga, namun aksinya terhenti saat mendengar suara orang itu.

"Sedang apa kau kesini?" Tanya Gio. Risa melemah, Gio melepaskannya perlahan.

"Aku yang seharusnya bertanya, kenapa kau sulit dihubungi? Kenapa apartementmu gelap? Kau tidak suka gelap, bagaimana bisa..."

"Pulanglah. Aku baik-baik saja." Sahut Gio.

Risa terdiam. "Pergilah. Aku sudah tidak membutuhkanmu..." Ucap Gio.

"Tapi aku butuh..." Ucap Risa pelan. Gadis itu membalikkan tubuhnya. Tangannya mengalung ke leher Gio.

"Aku yakin kau takkan setuju, tapi..." Gio mengerutkan dahinya. "... Ayo melarikan diri."

Gio tersentak. "Apa yang kau pikirkan?" Tanya lelaki itu mundur.

"Mereka takkan membatalkan perjodohan itu, Dean takkan mencintaiku. Bagaimana aku bisa hidup seperti itu?" Tanya Risa.

Gio terdiam menatap Risa. "Ayo pergi..." Ucap Risa sekali lagi. Gio menggeleng.

"Aku takkan melakukannya." Ucap Gio melangkah menghindari Risa. Gadis itu tetap mengejar Gio.

"Gio!?" Teriak Risa.

Gio tetap melangkah cepat ke dalam kamarnya. Risa berlari mencegat lelaki itu secepatnya.

"Buat aku hamil!!!"

Gio seketika berhenti. "Jika aku tak bisa memilikimu, biarkan aku memiliki bagian kecil dari dirimu..."

Risa menatap tajam kearah Gio. Sementara, lelaki itu diam, masih berfikir.

"Aku tak ingin kehilanganmu..." Ucap Risa lirih. Gio diam. "... Aku akan melakukan apapun."

"Jika itu yang kau mau, aku akan memberikannya..."

Gio melangkah mendekat, ia menarik Risa kedalam kamar.

---

Risa membuka mata, mimpi itu... "Aahh... Itu menggangguku."

Ia mendongak, Gio masih lelap mendekapnya. "Terimakasih, untuk tidak pergi, Gio..."

-tbc-

Beauty And The BossKde žijí příběhy. Začni objevovat