Oma

1.3K 69 0
                                    

Disinilah Adara. Kembali ke rumah ini. Lagi.

"Masuk." "Tapi tuan..."

"Sudah kubilang jangan panggil aku begitu, aku bukan tuanmu lagi." Ucap Dean gemas.

Adara menghela nafas. Ia melangkah masuk tangannya menggenggam erat tangan Dean.

"Tuan..." Sapa seorang pelayan menghampiri. "Dimana oma?"

"Nyonya besar ada dibelakang... Di taman."

Dean menarik Adara ke taman. Adara sudah bisa menebak, pasti oma disana sedang merajut sesuatu.

"Oma..." Panggil Dean.

Oma menoleh, matanya berbinar ketika melihat sosok lain disana. "Adara?"

Adara tersenyum kikuk. "Apa kabar, oma?" Tanya Adara mendekat.

"Dia bahkan bisa memanggil oma, bukan nyonya..." Batin Dean.

Oma tersenyum senang, "Akhirnya kau datang..."

"Maaf, oma... Adara..."

"Adara sibuk menyelesaikan kuliah dan mengurus pekerjaannya, oma." Ucap Dean.

Oma mengusap pipi Adara sayang. "Kau juga makin cantik dari terakhir kita bertemu."

Adara tersenyum. "Oma juga..."

"Aku tinggal ya... Aku ingin mandi sebentar." Ucap Dean. Adara mengangguk.

Sepeninggal Dean, Adara terdiam disana. Memperhatikan tangan oma yang merajut gesit.

"Oma, ingin membuat apa?" Tanya Adara.

"Aahh... Cuma ingin membuat syal." Ucap Oma.

Adara terus memperhatikan. "Kau ingin mencoba?" Tanya Oma.

Adara mengangguk, "mau..."

Oma meletakkan rajutannya dan mengambil benang baru. "Pilih warna yang kau suka."

Adara menatap benang-benang cantik itu disana. "Aku mau warna ungu saja." Ucap Adara mengambil benang ungu lilac.

"Pilihan yang bagus. Biar oma ajari dari awal ya..."

Adara terdiam patuh dan mengikuti oma merajut. Oma yang terkesan hanya diam melihat Adara yang cepat belajar.

"Selesaikan dengan baik, oma ke kamar mandi sebentar..."

"Oma ingin ku antar?" Tanya Adara. Oma menggeleng.

"Biar pelayan saja..."

Adara terus memperhatikan oma hingga menghilang.

Ia melanjutkan rajutan miliknya sendiri. Dean yang menyusul melihat Adara nampak sibuk disana.

Ia tersenyum.

"Kau sudah melamarnya?" Tanya Oma muncul tiba-tiba.

"O-oma?"

"Dia gadis baik. Bukankah begitu?" Tanya Oma.

Dean mengangguk. "Iya."

Oma tersenyum menatap Adara. "Dia seperti ibumu dulu. Suka hal baru. Dia rela belajar untuk mewujudkan keinginannya."

Dean mengangguk.

"Meski ia lebih muda darimu, aku yakin dia yang bisa mengatasi segala masalah kalian."

Dean masih diam.

"Adara, ia bahkan terlalu baik. Ia tetaplah wanita. Lemah bahkan kita tak tahu luka apa yang ia sembunyikan."

Dean menoleh.

"Kau bisa menikahinya, memberikan rumah besar, fasilitas mewah. Tapi lupakan itu. Adara butuh sesuatu yang lebih dari itu." Ucap Oma.

Beauty And The BossWhere stories live. Discover now