Edward

2.3K 135 0
                                    

Dean tersadar. Ia berada di rumah sakit. Lagi. "Mama..." "Dean... Kamu sadar?"

Dean menatap sekitar. Anak lelaki seusianya disana. Wajah mereka mirip. Sama-sama tampan.

"Edward..." "Maaf... Seharusnya aku menjagamu..." Dean tersenyum.

"Aku tidak apa-apa..." Dokter datang mendekat. Memeriksa keadaan Dean disana.

"Bagaimana dok?" Tanya ibu Dean nampak khawatir. Ayahnya dibelakangnya, mendekap istrinya.

"Kita bicara diluar saja..." Ucap si dokter.

"Edward... Titip adikmu sebentar..." Ucap sang ayah dijawab anggukan kepala oleh Edward.

Mereka keluar. "Sakit?" Tanya Edward. Dean menggeleng. "Tidak..."

Edward menoleh kearah pintu. Ia ingin tahu keadaan Dean. "Tunggu disini ya... Aku mau keluar sebentar..." Ucap Edward.

Dean diam. Edward melangkah pelan kearah pintu. Ia menguping.

"Kita harus segera menemukan donor jantung untuk Dean. Jika tidak, saya tidak bisa menjamin kelangsungan hidup anak kalian."

Edward membeku. Donor jantung?

"Tolong dokter usahakan..." Ucap ayah Dean. Ibu Dean nampak sudah terdiam menahan tangisnya.

"Golongan darah anak kalian unik. Langka. Sulit bagi pihak kami menemukan yang tepat. Sungguh, kami telah berusaha..."

Edward terdiam. Ia menatap orangtuanya, ibunya sudah menangis disana.

"Saya permisi..." Ucap si dokter menjauh.

"Bagaimana pa? Aku tak ingin kehilangan anakku..." "Kita akan berusaha..."

Edward memilih keluar, mendekat. "Pa... Ma..." Panggil Edward pelan. "Edward..." Edward mendekat menatap orangtuanya.

Esok harinya, Edward masuk ke ruangan Dean. Wajahnya cerah seperti biasa.

"Dean!" Panggilnya semangat. Dean menoleh. "Kau sudah pulang sekolah? Bagaimana sekolahmu?" Tanya Dean.

"Sangat menyenangkan." Ucap Edward tersenyum lebar. "Aku juga ingin..."

"Kau akan segera sembuh, adikku. Aku berjanji akan menemukan jantung baru untukmu." "Bukan jantung pisang kan?" Tanya Dean.

Edward tertawa. "Bukan. Aku akan mendapatkan jantung gorilla untukmu." Mereka tertawa keras setelahnya.

"Edward bodoh... Mana bisa..." "Kau pemarah seperti gorilla, bagaimana tidak bisa? Kalian cocok." Hibur Edward.

"Aku sungguh ingin sepertimu..." "Kau sudah sepertiku..." Ucap Edward.

"Oh, iya... Kita kembar..." Ucap Dean. Edward tersenyum.

"Hei..." Panggil Edward. "Apa?" Tanya Dean.

"Kau akan dapat jantung baru." Ucap Edward. "Sulit..." "Dia akan datang padamu..." Ucap Edward.

Dean tersenyum pasrah. "Tidak apa, Edward. Lagi pula, keluarga kita sudah cukup beruntung memilikimu." Ucap Dean.

Edward menggeleng. "Mereka punya kita. Jika mereka memilikiku, mereka juga memilikimu." Ucap Edward.

Tak lama, pintu terbuka. "Edward..." Panggil ayahnya. "Iya ayah... Aku pulang dulu. Tidur lah..." Ucap Edward. Dean hanya mengangguk.

Edward berbalik menjauh dari sana. Sebelum benar-benar pergi, ia berbalik menatap adiknya. "Aku menyayangimu..." Ucapnya pelan, masih terdengar oleh Dean.

"Aku lebih menyayangimu..." Edward tersenyum. Anak itu menghilang dibalik pintu.

---

Sore hari, ayah dan dokternya mengatakan bahwa ia akan mendapatkan donor jantung.

Beauty And The BossWhere stories live. Discover now