Crack

837 49 0
                                    

Pagi ini, Adara terbangun.

Ia berjalan keluar memastikan bahwa tidak ada penjaga-penjaga diluar.

"Sepi..." Ucapnya.

Adara berjalan menuju dapur. Ia mengikat rambutnya cepat. "Sesekali memasak, tidak salah bukan..."

Adara membuka kulkas, banyak bahan makanan. "Dean kemana..." Batinnya.

Ia mulai mengambil beberapa potong daging dan sayuran. Namun ia mengembalikan potongan daging itu lagi.

Adara mengambil kentang, sayuran, dan buah-buahan.

Akan jadi ide buruk jika sepagi ini ia memasak daging.

"Sedang apa?" Tanya Dean mendadak muncul.

Adara yang terkejut sontak bergerak panik dan membuat punggung nya terbentur bagian pintu kulkas.

"Aakkhh..."

Dean mendekat dan segera mendekap Adara agar tak jatuh. "Hei... Hati-hati..."

"Darimana saja? Kenapa muncul tiba-tiba?" Protes Adara sambil meringis.

"Maaf, tadi aku keluar..." Ucap Dean memunguti beberapa sayuran yang jatuh ke lantai.

"Mau masak?" Tanya Dean.

Adara mengangguk. "Tapi aku hanya ingin merebus sayuran dan kentang saja. Ditambah buah."

Dean mengangguk. "Kau mau?" Tanya Adara. Dean menggeleng.

"Kau saja... Segera makan dan minum obatmu." Ucap Dean.

Adara mengangguk. "Memang kau sudah sarapan?" Tanya Adara.

Dean menggeleng. "Kenapa tidak sarapan? Bagaimana jika satu piring denganku?" Tanya Adara.

Dean mengangkat sebelah alisnya. Ia menatap bahan yang diambil Adara, laki-laki itu tahu persis porsi gadis kecil itu.

"Memangnya kau akan kenyang, hhm?" Goda Dean.

"Memang makanku sebanyak itu?" Tanya Adara polos.

"Aku hafal porsi makanmu, sayang..." Ucap Dean.

Adara mencebik. "Tapi aku tidak gendut..." "Aku tidak mengatakan yang seperti itu..." Sergah Dean.

"Duduk saja, aku yang siapkan..."

"Tidak mau..." Ucap Adara. "... Aku ingin masak sendiri."

Dean tersenyum, "Baiklah..." Ucapnya.

"Eehh?"

"Kenapa?"

"Kenapa secepat itu setuju?" Tanya Adara.

"Masih pagi, Adara... Aku belum mau bertengkar sepagi ini." Ucap Dean menyalakan alat pembuat kopi.

"Jangan minum kopi pagi-pagi..." Ucap Adara.

"Aku sudah lama tidak minum kopi." Ucap Dean.

"Kenapa kau membangkang?"

"Kau yang mulai, sayang..." Ucap Dean.

Adara terdiam. "Bagaimana? Mau menurut atau biarkan saja aku membangkang?" Tanya Dean.

Adara angkat tangan. "Iya... Iya..."

Dean tertawa pelan. Ia mematikan alat kopinya dan mengambil alih celemek di tangan Adara.

"Gadis pintar. Duduk dan makan dulu buahmu sambil menunggu sarapannya matang. Paham?" Tanya Dean.

Adara mengangguk. Ia mengigit apel yang diberikan Dean.

Beauty And The BossDove le storie prendono vita. Scoprilo ora