Silent

740 48 0
                                    

Pagi hari, Adara pergi ke kantor untuk pertama kali, setelah insiden itu.

"Nona... Sudah sehat?" Tanya seorang penjaga pintu depan.

Adara mengangguk. "Aku baik-baik saja. Tuan Dean sudah datang?" Tanya Adara.

Lelaki itu menggeleng. "Belum, nona."

Adara mengangguk lantas lanjut melangkah kearah lift. Ia harus segera ke ruangannya sebelum Dean tiba.

Setiba di ruang kerjanya, Adara duduk diam. Apa setelah ini dia akan jadi sosok asing lagi?

Ketukan pintu terdengar. "Masuk..." Ucap Adara pelan.

Dean muncul disana, membuat Adara seketika berdiri.

"Pagi, tuan..." Sapa Adara.

Dean hanya diam dan memberikan jadwal mingguannya.

"Tolong ingatkan aku..." Ucap Dean.

Laki-laki itu tak banyak bicara dan langsung berbalik menjauh dari sana.

Adara hanya diam.

Dean berjalan keluar, wajahnya bahkan nampak lelah. Adara menepis keinginannya untuk menyusul Dean.

Biarkan saja.

Ia kembali membaca jadwal Dean disana.

Dean masuk ke ruangannya dan duduk bersandar ke kursi.

Dean terdiam beberapa saat untuk memejamkan mata.

Tanpa sadar, ia justru tertidur dengan posisi duduk.

Adara masih membaca dan membolak-balikan dokumen yang harus ia siapkan untuk besok. Tapi ada yang hilang.

"Kenapa kurang?" Tanyanya.

Ia segera menelepon bagian administrasi. "Halo... Bisa hubungkan aku ke manager bagian administrasi?" Tanya Adara.

"Tentu nona... Sebentar..."

Adara menunggu beberapa saat. Tak lama ia tersambung ke seseorang, "Selamat pagi, nona..."

"Aku memeriksa beberapa dokumen dari bagianmu untuk meeting besok. Ada yang kurang. Aku butuh laporannya segera." Ucap Adara.

"Tapi, anggota saya sudah memberikan semuanya, nona. Apa nona tidak salah cek?" Tanya manager.

Adara kembali membolak-balikan dokumen di depannya.

"Tidak ada. Aku sudah memisahkan bagian per divisi. Bagaimana bisa tidak ada?" Tanya Adara.

"Atau mungkin itu masih di periksa CEO?" Tanya manager.

Adara terdiam. Jika iya, berarti dia memang harus kesana.

"Akan kucoba cek... Tapi tolong, berikan aku file Cadangannya jika aku tak menemukannya." Ucap Adara.

"Baik, nona. Segera saya siapkan..."

Panggilan berakhir.

Adara menghela nafas berat. "Aahh... Sial." Umpatnya melangkah keluar ruangan dengan daftar dokumen di tangannya.

Adara melangkah menjauh dari ruangannya menuju ruangan Dean.

Ia ragu, tapi jika ia tidak kesana, pekerjaan yang ia dapat akan lebih sulit.

Adara mengetuk pintu. "Tuan..." Panggilnya.

Tak ada jawaban.

"Tuan Dean..." Panggilnya sekali lagi.

Tetap sama.

"Tuan..."

Adara makin bingung, kenapa tidak ada jawaban.

Beauty And The BossWhere stories live. Discover now