Snowman

2.9K 155 1
                                    

Pagi itu, Adara melangkah cepat masuk ke ruangan Dean.

"Dean suka sekali teh dengan gula satu sendok kecil atau brown sugar coffee dari kedai kopi di depan kantor. Dia selalu memintaku membelinya. Mungkin bisa membantumu."

Perkataan Jonathan membuat Adara berangkat pagi buta.

"Aku sudah belikan brown sugarnya." Ucapnya tersenyum. Berharap ia akan mendapatkan tempat disini.

Ia masuk kedalam ruangan Dean cepat meletakkan cup kopi itu dan menempel sebuah sticky note disana.

"Brown sugar."

Adara berbalik dan keluar dari sana. Ketika tiba didepan lift, pintu lift tepat terbuka.

Dean disana. "Selamat pagi, tuan..." Sapa Adara. Dean mengangguk, ekspresinya datar langsung pergi menjauh.

"Dasar manusia es." Umpat Adara pelan masuk kedalam lift. Namun Adara teringat sesuatu...

"Bukankah aku harus ke ruangannya?"

Adara menahan pintu lift yang belum sempat tertutup dan melangkah menyusul Dean.

Dean tiba di ruangannya. Matanya memperhatikan sesuatu di meja.

Aroma brown sugar. "M-maaf tuan... Anda kemarin..."

"Tak sopan, kenapa tidak mengetuk pintu?" Tanya Dean ketika mendengar suara Adara.

Adara mundur menutup pintu, mengetuknya. "Boleh saya masuk sekarang?" Tanya Adara.

"Sudah terlambat bukan jika kau melakukan itu?"

Adara masuk perlahan, menundukkan kepalanya.

"Kau yang memberiku brown sugar?" Tanya Dean. Adara mengangguk.

"I-iya..."

Dean mengangguk lantas duduk di kursinya. "Duduk." Ucap Dean.

Adara segera duduk tegak. "Hari ini pekerjaanmu banyak." Ucap Dean.

Adara menghela nafas. "Iya." Ucapnya.

Dean mengeluarkan beberapa tumpuk dokumen. "Bawa sticky note lagi?" Tanya Dean.

Adara mengangguk. "Catat dan tandai satu persatu." Ucap Dean.

Adara panik mengeluarkan notenya ketika Dean mengeja satu persatu dokumen yang ada disana.

Briefing 20 menit untuk semua dokumen membuat Adara geleng kepala.

"Sudah." Ucap Dean. Adara menghela nafas.

"Aku ingin semua rapi dan tepat waktu." Ucap lelaki itu datar.

"Baik... Saya akan membawanya ke ruangan saya, tuan." Ucap Adara bangkit, ia melangkah ke samping kursi Dean agar lebih mudah mengangkat tumpukan dokumen itu.

Dean bangkit berniat menyiapkan dokumen yang harus Adara bawa.

Belum sempat berhenti, kaki Adara justru meleset. "Eeehh!?"

Dean terkejut ketika Adara justru terhuyung hampir terjatuh andai saja ia tak menahan tubuh Adara.

Adara terhenyak saat tangan bos nya mendekapnya tanpa ijin.

Mereka mematung saling menatap disana. Wajah Adara memerah.

"Lain kali hati-hati. Jangan pakai hak tinggi." Ucap Dean tiba-tiba membuat Adara terkejut.

"Ma-maaf tuan!!" Paniknya bangkit, ia mengangkat dokumennya cepat dan berlari keluar.

Dean tertawa pelan. "Kuat sekali anak itu..."

Beauty And The BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang