4. CHAPTER 3

685K 61.2K 10.3K
                                    



Kembali ke mas Heaven Higher yuk.

Votenya dipencet!

Apa lagi komennya,

Huah, edan.. slebew.

Sebutin nama bias mu siapa

Pengin update berapa kali seminggu?

Akutuh malah nulis dua duanya karena nggak bisa move on sama cowok yang namanya Heaven.

Akutuh malah nulis dua duanya karena nggak bisa move on sama cowok yang namanya Heaven

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matanya ngantuk juga cakep banget kamu mas Hepen.

________

Heaven menyugar rambutnya yang basah, akibat bermain futsal. Tanpa intruksi para sahabatnya langsung mengikuti langkah kakinya menuju pinggir lapangan.

"Wah parah lo, mereka kalah telak anjir," cerocos Shaka lalu melempar air mineral kearah Heaven.

Heaven sigap menangkap air mineral pemberian Shaka.

"Thanks."

"Mereka terlalu cemen buat gue yang terlalu sempurna," balas Arnold terkekeh.

"Fet, harusnya lo ngomong gini. Sudahi yang sempurna cukup nikahi anak tunggal kaya raya," kelakar Shaka mengajari sahabatnya.

Heaven dan Ciko tersenyum menanggapi candaan Shaka, cowok itu memang receh. Mungkin kalau ada kesempatan untuk dibuka kepalanya, sudah jelas isinya koin semua. Kaya celengan.

"Emang bentar lagi mau kawin, iya kan Babe,"

Arnold mengangguk pelan, kedua insan itu memang bucin. Bahkan sampai ketulang-tulangnya.

"Kawin doang nggak nikah nikah, keburu abis tuh gen anak sholehnya. Di buang mulu nggak jadiin," Shaka si mulut rombeng ceramah.

"Ah, bachots lo!" sahut Fetty kesal, ia melempar lipstiknya kearah Shaka, tidak peduli harganya puluhan juta.

"Eh Heav, leher lo merah tuh. Nih pakai plaster, bisa jelek citra lo nanti kalo kelihatan cupang-nya."

Heaven malah terkekeh, mengingat kejadian tadi pagi yang begitu absurd.

"Ye, malah nggak jelas!" bentak cewek itu. Fetty kemudian menempelkan leher Heaven dengan plaster.

Tidak heran jika mereka saling perhatian. Namanya juga sahabat.

"Thanks,"

"Hm," Fetty mengangguk, puas dengan hasilnya.

Shaka menepuk pundak Heaven, "Anak buah clowlers mati, gue takut mereka nyalahin lo Heav."

HEAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang