68. TO HEAVEN (End)

170K 13.2K 3K
                                    


Hi guys, Kanar update lagi nih...

tunggu kebangkitan Heaven di novel yang akan po hari ini..

10k vote.. 10komen  update extra part.

....

"Sakit, Ma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sakit, Ma..."

"Iya, Nak, kuat ya sayang." Suara elena bergetar bersamaan dengan air mata yang tidak berhenti mengalir. Anak semata wayangnya tengah kesakitan, harapan satu satu hidupnya diambang jalan. Elena hampir tidak kuat menahannya.

"Kamu harapan mama paling besar, sayang, harus kuat ya, harus sehat demi kita semua." Lagi lagi Elena meyakinkan sang anak, meski kecil kemungkinan dia tidak menyerah.

Sedetik berlalu Heaven kembali membuka bibirnya. "Mu..tia.. Ma.."

"Ada sayang, Mutia  menunggu kamu diluar," lirih sang mama, tangan gemetarnya mengelus pucuk kepala Heaven yang berbalut perban. Dia menatap luka anaknya,  sebagian tubuhnya di balut perban dengan terlihat rembesan berwarna didada. Jantungnya mencelos seketika.

"Dia selalu nungguin kamu."

"Sehat ya Nak, mama mohon, sehat sayang." Elena lagi lagi menangis kuat.

"Ssttt, mama jang..an nangis."

"Mama nggak nangis kok, mama cuma pengen Kak Heaven cepet sehat. Mama pengen bikinin susu kamu, mama pengen dianterin pengajian sama kamu,
mama pengen masakin kamu pasta kesukaan kamu," racau Elena asal. Kalau bisa dijelaskan siapa yang paling hancur disini, Elena lah orangnya. Sebagai ibu, melihat sang anak sedang bertaruh nyawa siapa yang tidak takut.

Elena ingin berhenti menangis, sayangnya sia sia. Dia menunduk pelan mendekati telinga Heaven. "Kamu satu satunya harapan mama, satu satunya harta yang mama punya. Kuat ya nak, kamu harus bertahan."

Heaven hanya mengangguk, air matanya juga mengalir sama dengan ibunya. Selanjutnya terlihat senyum kecil di bibirnya. "Kalo Heaven pulang, sedihnya sebentar aja ma.."

Elena semakin tak kuasa menahan tangis, ia menegakan tubuhnya dan melangkah menjauhi brangkar yang Heaven tempati.

Heaven

"Lo..ve you."

"Love you to," balas Mutia sembari menyeka air mata Heaven, dia tahu rasa sakit yang rasakan Heaven. Heaven belum pernah terlihat menitikan air matanya.

Bersamaan dengan patient monitor yang berbunyi teratur di ruang ICU, Mutia menggenggam tangan Heaven yang perlahan mulai dingin.

HEAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang