64. PESTA PETAKA

203K 23.4K 13.9K
                                    


HI KANAR UPDATE LAGI ❤️

Lama banget ya?

Ssttt, absen dulu coba siapa yang rindu.

Boleh dong 10k komen

Boleh dong komen disetiap paragraf

Boleh dong votenya di penuhin



Mari saling membahagiakan meski sekecil apapun yang kita bisa lakukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mari saling membahagiakan meski sekecil apapun yang kita bisa lakukan.

Heaven

...





"Cantik sayang."

Dengan melihat pantulan tubuh Mutia dari kaca, dia akui kalau istrinya seribu kali tambah cantik meskipun tengah hamil besar. Heaven tersenyum puas sambil menyugar rambutnya, berhasil dicintai Mutia adalah impian yang akhirnya Tuhan kabulkan.

"No." Mutia malah semakin tidak percaya diri gara gara ucapan lelaki itu, melihat tubuhnya yang melar, jujur membuatnya semakin was was, overtinking semakin menjadi jadi di sel otaknya.

"Kamu nggak papa aku kaya gini?" tanyanya sambil mengelus perut besar yang berbalut drees kream cantiknya.

"Gue selalu nggak apa apa sama apapun keadaan lo, Mutia."

Cowok ber jas hitam itu pun langsung kerengkuh tubuh istrinya dari belakang, membenamkan kepalanya di leher jenjang yang paling menjadi favoritnya.

"Pinter banget modusinnya."

"Bener Ya, mana pernah gue modus soal perasaan. Gue tulus."

"Tulus?" beo Mutia kemudian mencebikkan bibirnya. " Sampai kapan kamu tulus ke aku, Kak."

"Sampai kita sama sama di surganya Tuhan."

" Lo tahu, apapun itu, lo tetap candunya gue," bisik Heaven seraya mengelus perut besar yang direngkuhnya.

Mutia tersenyum tipis, lalu mengubah posisi berhadapan. "Really?" tanyanya dengan sorot mata tak percaya.

"Hmm, nggak perlu ngeraguin gue lagi." Heaven mengangguk pelan. Tak ketinggalan mengecup kening dan meninggalkan jejak cinta di sana. "Cinta gue nggak bersyarat ke lo," ucapnya yang hanya dibalas senyuman jahil dari Mutia. Kebucinan Heaven sebegitu jametnya memang, dan perempuan itu menurunkan 50 persen kepercayaannya.

"Udahan, nggak bosen gitu tiap saat bucinin aku."

"Nggak lah, kan kebutuhan gue emang bucinin lo."

Mutia mengeplak tangan kekar itu. "Mau heran tapi kamu, mau kesel tapi kamu selalu ngeselin."

HEAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang