52. HIGH HOPE

245K 30.5K 19.1K
                                    


SEBAGIAN PART AKAN DI PRIVATE, FOLLOW SEBELUM BACA⚠️

SEBAGIAN PART AKAN DI PRIVATE, FOLLOW SEBELUM BACA⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

..Heaven...

Dorr

"Anjrit!" Seru Shaka reflek memeluk pacarnya. Sekalian modus.

Arnold yang sedang menginjak nginjak dada lawan langsung terperanjat mendengar bunyi tembakan itu. Lantas dengan bingungnya, cowok itu celingukan melihat polisi sudah mengepungnya.

"Sial!" umpatnya sambil ngos ngosan.

Beda lagi dengan anak kalem yang tengah menghajar dengan tongkat bisbolnya, Ciko seperti tak menghiraukan peringatan itu malah memukuli anggota Tigers yang mengeroyoknya.

"Cik udah," cegah Arnold.

"Nanggung," jawab Ciko sekenanya.

"Lo gak lihat rame polisi?" Arnold menarik lengan sahabatnya, dengan begitu barulah Ciko menyudahi menghajar lawan. Cowok pendiam itu kalau sudah terbakar emosi susah sekali dikendalikan.

"Lo kenapa meluk gue, Shaka! Awas gak!" bentak Vivian murka.

"Kaget, Yang." Shaka celingukan saat polisi menghampiri.

"Awas, sebelum aset lo gue tendang!" ancamnya memberi ancang ancang.

"Proyek kita goblok, lo tendang kalo pecah mau jadi apa?" Shaka meringis ngilu.

"Gak peduli gue."

"Sialan, untung cinta."

Mereka berempat saling merapat, kemudian menjelaskan kepada polisi jika hanya menyelamatkan temanya.

Alhasil, Galang dan beberapa anggotanya yang tidak sempat kabur langsung diringkus oleh polisi itu. Scarlett sendiri yang melaporkan Galang sebelum tidak sadarkan diri.

"Lo semua aman?" tanya Heaven memastikan keadaan sahabatnya.

Keempatnya pun menganguk.

"Kita kita mah kalo sekedar ngelawan bocah prik, tangan satu juga gak kerasa."

Arnold dan Ciko mendengus, jelas jelas Shaka tadi sering sekali di tolong oleh Vivian saat di keroyok.

"Iya in," balas Ciko dengan senyum mengejeknya.

"Shaka dandut banget elah,"

"Pala lo," akhirnya Shaka dan Vivian gelut lagi di halaman rumah itu, kejar kejaran tidak jelas sekalian menendang pot. Jam 3 pagi loh, mereka masih aktif saja. Memang aneh mereka berdua.

"Gue jawab panggilan Fetty bentar, anak gue sakit keknya," pamit Arnold.

"Ya."

Heaven kembali mendekap tubuh Mutia yang hampir saja limbung karena lemas.

"Duduk disini bentar," ucapnya membimbing Mutia duduk dipangkuannya.

Melihat betapa kacau nya Mutia saat ini, demi Tuhan cowok itu merutuki dirinya sendiri. Lagi lagi merasa gagal menjadi suami yang baik.

HEAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang