19. CHAPTER 18

407K 38.3K 4.9K
                                    

Hallo Dear, call me KaNar ya...

Please stay sama Heaven sampai akhir, nanti aku suguhin yang manis manis ya, enaknya setelah nikah aja kali ya biar nggak harom..

Kalian bisa banget kok kasih tahu cerita ini ke temen kalian, eh asal jangan keluarga besar pas ngumpul. berabe,😭🤣

Seperti biasa 3,5 vote + 2 k komen..

18. SUSU X VODKA

Bismillahirohmanirohim, atas izin Allah serta restu mama papa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bismillahirohmanirohim, atas izin Allah serta restu mama papa.

Heaven

"Kepala gue sakit by, argh. Elusin..."

"Aku bilang ke Mama ya, mana yang sakit," Mutia mulai kebingungan saat Heaven teler diatas kasurnya.

"Jangan, bisa dijewer kalo mama tahu gue mabok," Heaven menggelengkan kepalanya sambil memejam.

"Trus gimana! Kamu ih," kesalnya sambil menyelimuti cowok itu.

"Rebahan sini, elus kepala sampe gue tidur," rengeknya lalu menarik pergelangan tangan Mutia.

"Nggak! Kamu tidur sendiri, Mutia nggak bakal tidur di kasur kamu Kak," Mutia bangkit lagi, berusaha menghindar sayangnya didekap cowok itu.

"Kak!"

"Iya sayang,"

"Lepas!"

Cowok itu menggeleng pelan, mata nanarnya dibuka sambil memberi senyum paling manis untuk gadisnya.

"Cium gue si by," bisiknya.

"Nggak!"

"Kepala gue nggak sembuh peningnya kalo nggak lo cium,"

"Cium," sembari menyodorkan lehernya.

"Nggak!"

"Cium by,"

"By, siapa!" bentak Mutia menatap intens cowok yang memeluknya.

"Lo lah," Heaven malah terkekeh geli. Bisa bisanya cowok itu mengganti  nama panggilan.

"Lo bosen kan gue panggil yang,"  ujarnya, lalu membenarkan kepala cewek itu. "Peluk sampe pagi ya by,"

"Asal nggak usah nyium," ancam Mutia tegas.

"Janji, by..."

"Serius!"

"Serius, sayang," Heaven mulai memajukan kepalanya hendak mengecup kening tapi segera didorong. "Argh, bangsat kepala gue berat by!?"

"Tuh kan, jangan mabok lagi makanya," peringat Mutia.

Heaven mengangguk, "Elusin kepalanya,"

Mutia menghela napas pasrah.

HEAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang