18. CHAPTER 17

417K 38.6K 4.3K
                                    

Happy Reading dear

Gimana kalian hari ini?
Bantu Follow akun ini ya?

Vote ya,

Komen per paragraf ya..

Ramein ke temen temen lainnya.
Kasih tahu mereka kalau ada Heaven di sini.


Yok bisa 3,5 vote+ 2k komen.

17. VIP

"Negatif, sayang," bantah Heaven masih terkekeh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Negatif, sayang," bantah Heaven masih terkekeh.

"Positif Kak, Mutia tuh udah sesuai sama rumus. Mana mungkin sih, salah masukinnya!" Mutia dengan percaya dirinya tak mau mengalah.

Heaven berdecak, "Siapa gurunya disini," sambil memukul pelan meja belajar milik Mutia.

"Issh, hasilnya jelas jelas postif kok," Mutia meneliti lagi hasil tulisannya.

"Beneran mau gue bikin positif lo," Heaven menaikan satu alisnya. " Bilang kalo pengin gue buntingin," bisiknya makin merapatkan duduknya ke cewek itu.

Mutia mencubit kecil lengan Heaven dengan sekuat tenaga, omongan cowok itu memang susah sekali dipercaya. Tadi sebelum belajar perjanjiannya tidak boleh mesum ataupun membahas bayi kembar, tapi apa? belum satu jam Heaven sudah melupakan janjinya. Mana modus pula, mepet mepet Mutia terus.

"Inget tadi ngomongnya apa!" peringat Mutia yang masih pusing dengan hasil soal matematika yang dikerjakannya. Cewek itu memang lemah di pelajaran itu, adanya Heaven diharapkan dapat membantunya malah semakin menyulitkan. Bagaimana tidak? masa dikasih rumus yang paling susah padahal yang lebih mudah ada.

"Gue janjinya kalo lo pinter, bego gini mana berlaku buat gue," jawab cowok itu merangkul pundak kecil Mutia, tak merasa kesakitan setelah dicubit.

"Ck, nggak usah ngerangkul Kak. Berat tahu nggak," Mutia melepas tangan kekar yang berada dipundaknya.

"Kalo berat lo yang diatas dah," kekeh Heaven tak menyudahi menggoda gadisnya.

"Apa yang diatas," Mutia menepis pikiran kotornya segera, berfikir sejernih mungkin agar tidak ambigu.

"Eng, udah lah. Ntar lo ngambek lagi," balas Heaven lalu meraih jari jemari cewek itu. Dengan pelan jari mereka menyatu memegang satu pena.

Keduanya saling tak bersuara, Heaven dengan telaten mengerjakan soal matematika yang dari tadi berulang kali salah dikerjakan Mutia.

HEAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang