65. PATAH

122K 15.4K 1.4K
                                    

Hi guys, Kanar update lagi nih❤️

Hi guys, Kanar update lagi nih❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

......

Pukul 00.20 kedua paruh baya berjalan tertatih tatih dengan jari yang saling menggenggam menyusuri lorong panjang rumah sakit yang mulai sepi.

Tadi tepat jam 00.00 entah sebuah kebetulan atau takdir, ponsel Bastian berdering. Pihak kepolisian menghubungi bahwa keluarganya mengalami mengalami kecelakaan tunggal di sebuah tol. Sontak si penerima panggilan langsung terdiam, menelaah informasi tadi.

Di belakangnya, sang istri pun memegangi dadanya yang tiba tiba terasa amat nyeri.

"Ayo Pa," ajaknya tidak sabar, keduanya pun bergegas mendatangi tempat yang ditunjukan tadi.

Sekarang ini, perasaan mereka sama persis seperti kejadian beberapa tahun yang lalu, dulu mereka berlari tertatih tatih ingin segera menemui anaknya yang tengah sakit parah. Mengapa malam ini harus terulang kembali, padahal mereka sudah hampir trauma.

Elena belum menangis namun bibirnya bergumam tidak berhenti mamanjatkan berdoa. Dia juga berusaha meyakinkan diri jika semua pasti baik baik saja, walaupun sesungguhnya hati dan otak sedang pontang panting menenangkan diri.

"Pasien atas nama Heaven masih berada di ruang operasi, Pak," ucap perempuan berseragam putih itu, sontak Bastian kaget dibuatnya.

Separah itu?

"Operasi?" Bibir Elena mulai bergetar. Dia tidak berani membayangkan separah apa luka sang anak, tapi dengan kata operasi seketika membuatnya sulit bernapas. Sang anak adalah setengah jiwanya, jika anaknya terluka sudah pasti orang tuanya lah yang merasakan sakit.

"Ruang operasinya berada di sebelah mana?" Hanya Bastian yang mampu bersuara, Elena sudah hampir ambruk hanya berusaha kuat.

"Mohon maaf, dengan keluarga pasien kah?"

"Saya papanya." Suara Bastian terdengar tegas, namun dibalik itu tersirat kekhawatiran yang teramat dalam.

"Baik, ruang operasi ada di ruangan paling ujung Pak. Mari saya antar sampai ke sana," kata seorang suster yang berjaga disana, mereka pun berjalan cepat mengahabiskan lorong rumah sakit kemudian berbelok ke kiri.

"Nak," lirih sang mama terdengar amat perih.

Bastian berdiri tetap di depan pintu ruang operasi.

Lampu di pintu ruang operasi masih menyala, di dalam seorang laki laki tengah berbaring tidak sadarkan diri. Bunyi monitor seperti saling bersautan, menjelaskan bagaimana jantung lelaki itu berkerja dengan lemahnya, sedangkan para dokter sibuk menjalankan tugasnya masing masing, semua bekerja sama berusaha menyelamatkan pasien yang tengah bertaruh nyawa itu.

Belum ada kepastian tentang keadaan lelaki itu, namun sang mama terus berdoa agar anaknya akan baik baik saja.

Dari UGD Fetty tidak perduli dengan penampilannnya saat ini, dengan mengenakan gaun pesta perempuan itu berlari tergopoh gopoh di lorong rumah sakit bersama suaminya. Di belakangnya, dua sosok laki laki pun mengikuti dengan raut khawatir.

HEAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang